15/10/15

(10-end) Teman Tapi Mesra?

Anton sudah pulang, hati entah kenapa terasa sangat bahagia. Ada apa dengan hati? Ada apa dengan Anton? Ada apa dengan aku? Ada apa? Ada apa sebenarnya?...

***

Pascakepulangan Anton ke Bandung, semua terasa sangat berbeda. Paras tubuhnya, sikapnya, ucapannya, cara berfikirnya, dan semua hal yang selama ini gue tahu. Ya, Anton berubah 180 derajat. Meskipun dia masih sering bercanda dan tidak luput dari para wanita.

Anton, sosok yang selama beberapa tahun gue kenal kini nampak jauh lebih dewasa. Dia lebih perhatian ke gue, bukan sebagai teman, tapi lebih dari itu! Dia memperlakukan gue seakan pasangannya, cara perhatian yang nampak berbeda, cara berfikir yang jelas berbeda juga, dia dengan lantang mengungkapkan 'jangan pernah tinggalin gue' dengan tatapan mata yang tajam.

Beberapa kali dia mengajak gue jalan, dulu kami berdua memang seringkali jalan bareng. Tapi, kalo ini ada rasa yang berbeda, Anton gak nembak gue, tapi apa yang dia lakukan bikin gue binggung dengan perasaan ini. Ada apa sebanarnya?.

Kali ini Anton mengajak gue ke Cianjur, Kebun Raya Cibodas, dia membawa mobil dengan sangat santai, beberapa kali menggengam tanggan gue, lalu sikap gue? Diam, seakan gak ingin melepaskan momen demi momen yang sangat membingungkan tersebut, tapi bikin gue bahagia. Aneh.

Hingga akhirnya gue memberanikan diri untuk bertanya. Nton, ada apa dengan kita?.

"Gak tau"

"Kok bisa?"

"Sayang, aku gak tau!!"

"Sayang?"

"Gak papa kan kalo gue manggil gitu?"

"Iya gak papa," gue gak tau kenapa sangat senang ketika dia gitu, gue juga gak tau kenapa bisa dengan santainya bilang gak papa.

"Kita jalan?" Lanjut pertanyaan gue.

"Yang, aku lagi sayang banget sama kamu. Aku gak tau ini semua dari kapan, tapi yang jelas aku gak mau kamu ninggalin aku. Ok?"

"Aku, kamu, sayang, kita, hah?" Kali ini gue seakan syok dan baru bangun dari mimpi. "Nton?"

"Apa harus aku nembak kayak ABG?"

"Gak! Gak usah. Kita jalan gini aja, gak usah ada tembak-tembakan ya, biar gak usah anniv-annivan, hehe"

"Hahahaa, iya, biar gak kerasa waktu yang kita jalanin yah. Tau-tau aku minta kamu jadii istri aku aja"

Gue diem. Hanya ada bisa tersenyum dengan wajah memerah. Ya, ternyata perasaan gue ke dia selama ini yang menganggap lebih dari teman juga sama dia rasakan. Bertahun-tahun kenal dan gak menyangka akan berakhir dikisah seperti ini.

Tiga tahun berselang, kami berdua akhirnya menikah.

28/09/15

(9) Teman Tapi Mesra?

Dua Bulan Berselang....

SI rese pulang ke Bandung, dengan senyum santainya dia datang ke kampus. Bak seorang raja yang disambut dengan sangat antusias oleh seluruh penjuru negeri saat kedatangannya, cewek-cewek yang histeris dan cowok-cowok yang so akrab dengannya. Itulah Anton.

Gue? gue hanya bisa bersikap diem dan cuek, meskipun dalam hati berkata "Ajig, gue kangen elu". Hanya berpura-pura tanpa kesan yang 'wah' saat melintas di depannya.

"Heh, cek!" serunya dengan nada yang cukup lantang.

"Apa?" tanpa membalikan badan dengan wajah yang sedikit menengok ke kanan.

"Kagak nyapa temen lu yang baru dateng lagi nih?"

"Low Sokap Bre?" timpalku dan langsung berlalu menuju perpustakaan.

Siang itu, pukul 13.00Wib, dosen pembimbing skripsi gue gak jadi datang, mau pulang males, mau ke perpus bosen, mau ke kantin penuh dan terlalu berisik, mau ke danau males jalannya, dan gue milih UKS buat tidur.

Jalan dari lokasi awal gue ke UKS lumayan jauh, iyalah orang gue ngehindari yang rame-rame karena bakal banyak cewek-cewek yang titip salam ke si rese.

Baru saja mau buka pintu UKS eh udah yang buka dari dalam dan ternyata, tralaaaaaaaa.... Si Anton!

"Ngapain lu ke UKS?"

"Tidur."

"Bukannya ada jadwal bimbingan?"

"Gak ada dosennya."

"Yaudah gue temenin ya di UKS-nya."

"Ogah."

"Buseeeeetttt ni anak dari kemarin judes amat ke gue, gak seneng ya temennya pulang?"

"Gak, karena kalo lu pulang gue bakal ribet sama semua fans lu," jawabku sambil merebahkan badan di atas kasur yang entah kenapa terasa sangat nyaman dari biasanya. Anton menutup pintu UKS dari dalam sambil tersenyum, posisi berdiri yang so ganteng sambil bersandar ke pintu.

"Lu risih ya?"

"Iyalah, gue gak dibayar sama lu buat kayak gini."

"Hadeeeeuuuhhh, ternyata temen gue matre juga ya. Kan gue pernah bilang, ambil aja duit yang ada di ATM kalo lu mau."

"Duh, gue punya temen gobloknya gak pernah sembuh! Lu gak ngerti maksud gue?"

"Gak."

"Udahlah lupain, gue mau tidur."

Hening.................


"Gue jatuh cinta sama kekasih orang, Cek."

"Hah? Serius lu? Lu suka sama cewek Palembang yang udah punya pacar?"

"Iya."

"Terus?"

"Kepo lu masih belum ilang ya, hahaa. Ceritanya panjanglah, kita ngopi di ditempat biasa aja yuk."

"Gak mau ah, lagi males ngapa-ngapain, lagi melendoy gue," timpalku sambil membalikan badan ke arah tembok.

Anton pun tiba-tiba maksa gue buat membalikan badan dan lu tau apa yang dia lakukan? Dia ngegendong gue, dari UKS sampai tempat parkiran. Histerisnya para cewek genit dan alay dengan wajah judes ke arah gue selama di jalan. Anton ke kampus bawa mobil, buat kali ini, tumben.

"Motor gue?"

"Aman kok di Kampus, gue kan dulu sering nyimpen motor, pulangnya naik angkot atau jalan kan biasanya, hahaaa."


Bersambung...........

22/08/15

Skuad Cianjur FC Terbentuk

*Pemain Si Jalu U-15 Siap Tempur

JL SLAMET RIYADI - Seleksi Skuad Cianjur FC guna menghadapi Piala Haornas U-15 Jawa Barat sudah berakhir, Kamis (20/8). Seleksi yang digelar di Stadion Badak Putih Cianjur tersebut menjaring 25 pemain terbaik dari 10 sekolah sepakbola (SSB) peserta dari pertandingan Liga di Cianjur.

Asisten Pelatih Cianjur FC, Jojo Supriatna SPd mengatakan, setelah seleksi berakhir pihaknya akan langsung melakukan berbagai persiapan agar Si Jalu (julukan Cianjur FC, red) bisa lebih siap menghadapi tim-tim kuat dari daerah lainnya. Selain program latihan, lanjut Jojo, pasukannya pun akan menjalani latihan uji coba dengan tim luar daerah Cianjur.

"Alhamdulillah seleksi sudah tuntas, 25 pemain sudah terpilih menjadi timnasnya Cianjur. Selain akan langsung menerapkan berbagai program latihan, kami juga rencananya akan melakukan laga uji coba dengan klub dari Jakarta, Minggu (23/8/2015)," ujar Guru Kesiswaan SMK Bunga Persada Cianjur ini usai seleksi.

Sementara itu, Asisten Pelatih Cianjur FC, Iin Ibrahim berharap, adanya dukungan dari semua pihak terutama sekolah untuk bisa memberikan dispensasi kepada para anak didiknya. Pasalnya, bagi 25 pemain yang sudah lolos seleksi dipastikan tidak akan bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar untuk beberapa hari ke depan.

"Prestasi tak hanya di dalam kelas, namun prestasi di lapangan pun harus didukung. Kami berharap sekolah harus benar-benar mendukung prestasi anak-anaknya di bidang sepakbola. Selain itu kami juga berharap doa restu agar Cianjur FC bisa memetik prestasi maksimal di Piala Haornas," pungkasnya.(nik/*)

Jajaran Pengurus Cianjur FC
Manajer: Karsa Hudan Wiriadiharja
Wakil Manajer: Gia Gusniar
Sekretaris: Budi Nugraha dan Ade Manan
Bendahara: Aceng dan Yudiansah
Pelatih Kepala: Asep Tedi
Asisten Pelatih: Iin Ibrahim dan Jojo Supriatna
Pelatih Fisik: Deni, Sendi, Nana Awaludin dan Wahyu
Pelatih Kiper: Hendro, Cep Dedi, Rizal dan Arga
Medis: Asep Aah dan hendra
Pembantu Umum: Haji dan jujun

Daftar Pemain yang Lolos seleksi Cianjur FC
Eko (SSB A7/SMPN 2 Sukaluyu)
Eki (A7/SMPN 1 Mande)
Alwan (IMC/SMKN 1 Cianjur)
Rival (Play Soccer/SMPN 2 Karang Tengah)
Viki (IMC/SMAN 1 Cilaku)
Roni (Youghes/MTs Al-Maun)
M Fajar (A7/SMPN 1 Ciranjang)
Acep (Rider/SMPN 1 Cugenang)
Rifki (Rider/SMPN 3 Cianjur,
Diki Wahyudi (A7/SMP PGRI Cianjur)
Ihsan (Mandala/SMPN 5 Cianjur)
Denda (A7/SMK Bunga Persada)
Rama (A7/SMK Pasundan 1)
Arya (Play Soccer/SMAN 1 Mande)
Pandu (IMC/SMAN 2 Cianjur)
Dehan (Youghes/SMPN 1 Ciranjang)
Robi (Sunda Rasa/MAN Pacet)
Saputra (Mandala/SMPN 1 Cugenang)
Yusuf (Viking Soccer School/SMPN 2 Bojong Picung)
Fikra (Viking Soccer/SMP Pasundan Cianjur)
Riza (Sunda Rasa/SMPN 1 Warungkondang)
Rizal (Mandala/SMPN 2 Cilaku)
Ridho (A7/MTs Al-Ikhlas)
Dahlan (Mandala/SMPN 5 Cianjur)
Fahmi (IMC/SMP Islam Kreatif).

Gembleng Dunia Pendidikan Sepakbola


*Menjawab Kegelisahan Anak-anak

JL SITI JENAB - Sekolah Sepakbola (SSB) La Beneamata Cianjur, Menjawab Kegelisahan Sepakbola di Indonesia', hari ini (22/8), ada tiga sekolah yang akan dikunjungi diantaranya SDN 1 Mayak Cibeber, SDN 2 Cibeber, dan SMP4 Cibeber.

Program sosial dengan tema 'Growing Together' yaitu, Salah satu program untuk mendukung kampanye unicef dalam memberikan hak anak untuk bermain dan kesetaran gender lewat pendidikan sepakbola.

"Hal ini juga untuk mencegah anak-anak dari kegiatan negative di usia dini. Mengenal olahraga berarti mulai mengenal pola hidup sehat. Menjaga kebugaran dan daya tahan tubuh agar tidak gampang sakit, melatih konsentrasi secara emosional agar lebih mudah untuk bekerja sama, dan lebih utamanya sebagai wadah untuk' bersosialisasi secara langsung ketimbang terjebak dalam dunia gadget," jelasnya kepada Cianjur Ekspres, Jumat (21/8/2015).

Kegiatan ini pun dinilai sangat menguntungkan anak-anak yang berada dipinggiran kota, karena selain mereka bisa mendapatkan ilmu tentang dunia sepakbola, mereka juga berkesempatan untuk mendapatkan beragam prestasi sebagai bekal masa depan.

Program SSB La Beneamata ini juga sebagai pelopor untuk SSB yang ada di Cianjur, karena tidak hanya terpatok kepada pembinaan program pendidikan saja, melainkan adanya program sosial seperti donasi Rp2.000 untuk 1.000 bola yang akan dibagikan kepada anak-anak yang berada di pinggiran Cianjur.

"Semoga saja, ini semua bisa membantu Cianjur untuk menjadi daerah yang kaya akan bibit generasi muda yang berkualitas dalam hal sepakbola," pungkasnya.(nik)

18/08/15

(8) Teman Tapi Mesra

EMOSI masih menggebu-gebu, meskipun berapa kali Anton menceritakan kebenarannya. Tapi, kenapa gue bisa sangat marah? kenapa pula Anton bersih keras untuk menjelaskan alasannya secara detail? kenapa kita kesannya sama-sama ingin dimengerti dan tidak ingin ada salah faham. Ada apa sebenarnya?

"Plis, harus dengan cara apa gue ngejelasinnya lagi? kita jauh, hal kayak gini gak harusnya terjadi, Cek, gue udah jelasin semuanya ke elu, sekarang terserah lu mau kayak gimana. Cuman satu hal yang gue mau, jangan jauhin gue."

"Nton, gue lagi emosi, kita gak akan benar ngobrolnya juga, lu tau gue kayak gimana kalo lagi marah, otak gue belum dingin, hati gue belum tenang, gue gak mau ngambil langkah yang salah."

"Okey, lu relaks dulu, kalo udah faham dan gak marah lagi langsung kontak gue ya."

Gue gak merespon ucapannya, tak lama berselang langsung gue matikan teleponnya.

Berhari-hari gue mikirin ucapannya, mencoba mengambil kesimpulan dari berbagai sudut, tak mau salah langkah. Ini pertama kalinya gue mikirin dia sampai berhari-hari, hati gue gak pernah gini sebelumnya, otak gue tiba-tiba 'hang' hingga beberapa hari, come on mony!

"PING!"

"Akhirnya lu ngasih kabar juga Cek, gue kangen beberapa hari gak ada BBM, SMS, apalagi telepon dari lu."

"Gue udah gak marah lagi, tapi gue mohon yang ulangin hal-hal konyol kayak kemarin."

"Iya, gue janji cek, gak bakal bikin status aneh-aneh lagi apalagi yang bikin lu susah."

Setelah berjam-jam bbm'an gue akhirnya bisa kembali menerima kenyataan kalo si Anton anak yang gak bisa gue fahami, meskipun udah berteman hampir 4 tahun sama dia.

Tak seharusnya gue marah cuman karena status dan seluruh kampus kepoin dia ke gue, harusnya gue sadar di kampus yang benar-benar tahu dia ya cuman gue, jadi wajar kalo gue yang dikepoin.

Dan seharusnya emang gue siap kalo si Donny sama si Lestari ikut-ikutan kepo bahkan mereka berdua sampai marah dan gue akhirnya putus, putus? Hah, gue putus? Tapi kenapa perasaan gue biasa aja? Terus, kenapa gue gak bilang ke si Anton? Padahal, berjam-jam gue bbm'an sama si anak setan yang satu itu. Hmm...

Bersambung....

16/08/15

(7) Teman Tapi Mesra?

Aneh, hari ini gue gak dapat kabar sama sekali dari dia, ada yang ingin gue tanyain.

Setelah seharian gue hubungi, akhirnya dia "PING!" Tepat pukul 22.00 WIB. "Eh kampret, kemana aja sih lu? Gue mau nanya serius sama lo, malah susah banget sih dihubungi!" Nada gue panik, kesel, dan sedikit tidak terkontrol.

"Wessss, kalem cek, ada apa nih?"

***
HARI ini perkuliahan terasa sangat lambat, banyak obrolan yang tidak menyenangakan seharian ini. Banyak orang yang bikin gue risih dengan berbagai pertanyaan di kampus.

Sial, masih ada 3 SKS lagi jam 3 sore, plis god bisa cepetin gak sih jam nya?

Hari ini benar-benar lamban, seperti kura-kura yang beradu kecepatan dengan kelinci. Seperti bulan yang menantikan untuk muncul, padahal matahari baru terbit. Seperti bintang yang ingin bersinar di belakang awan hitam. Lalu, seperti pelangi yang menantikan hujan lekas turun.

Hari ini gue gak konsen belajar dan akhirnya milih buat kabur, PHP janji yang udah gue buat dengan dosen pembimbing. Gara-gara si goblok Anton!

Anak dari bapak Syahid yang berhasil bikin gue binggung seharian ini, harus jawab apa? Harus merespon gimana? Kali ini dia pergi dengan segudang teka-teki, dia hilang komunikasi, dan membiarkan gue kemlimpungan sendiri disaat harus menjawab semua pertanyaan dari para mahasiswa dan dosen.

"Apa yang harus gue jelasin? Sumpah gue gak tau," hanya kalimat itu yang bisa gue ucapkan untuk saat ini.

Anton anak yang cukup terkenal di kampus, dengan selera humor yang baik dan berparas 'ehem' pantas kalo banyak yang menanyakannya. Dari tingkat 1-4, semua fakultas, dan semua dosen. "OMG, masalah apa yang dia buat lagi???" Kalo liat emot di bbm yang orang marah dengan wajah merah dan ada asep putih di atasnya, nah, itu ekspresi gue sekarang!

"Mony, si Anton mau nikah ya? Pantesan dia ngilang udah sebulan ini," pertanyaan yang gue sendiri gak tau harus jawab apa, karena gue emang gak tau kabar soal itu.

"Mon, status di BBM si Anton kok 'kejar setoran buat modal nikah' dan belum diganti sampai sekarang, itu serius?."

"Mony, Anton titip absen karena dia mau nikah?" Kali ini dosen pembimbing gue yang nanya, o em ji, si kutu lagi yang ditanya, bosen gue.

Setelah sekian lama akhirnya Anton bisa dihubungi, dan lu tau responnya seperti apa? Dia hanya tertawa terbahak-bahak tanpa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Eh, goblok, gue serius!"

"Apa yang lu lakuin udah bener, terus aja kayak gitu ya, bikin mereka binggung."

"Lu gak pernah mikirin gue ya dari dulu, lu selalu nyusahin gue nton, dari soal keluarga, kuliah, temen-temen lu, fans lu, cewek lu, dan semua urusan pribadi tentang elu! Semua lu selalu limpahin ke gue, plis nton, buat kali ini aja gue gak mau diribetin dengan urusan elu!"

"Cek, lu kenapa sih? Kok tumben jadi marah-marah gini?"

"Karena gue cape!"

Entah kenapa gue benar-benar ingin menajuhinya untuk selamanya, karena gue gak bisa nerima kenyataan kalo dia bakal nikah sama yang lain? Karena gue siap ditinggalin dia dulua? Atau karena apa? Gue binggung.

Bersambung....

14/08/15

(6) Teman Tapi Mesra?

Satu Bulan Berlalu....

Anton masih tetap di seberang sana, skripsinya udah beres dari dua minggu yang lalu. Soft file dikirim lewat e-mail, dan setiap malam kita tidak lagi membicarakan dia disana gimana dan gue disini gimana.

Ada pembahasan yang baru, skripsi, skripsi yang dia gue bikin atas nama dia, setiap malam gue tes kemampuannya untuk memahami skripsinya. Kalo gue yang jadi dosen pembimbingnya bakal gue suruh bikin ulang deh, karena tau itu bukan karyanya, hehe.

Tapi karena gue teman yang baik dan sangat mengerti kemampuan otak dia sampai dimana, jadi apa yang gue kasih dia langsung faham dan gak butuh waktu banyak untuk revisi cuman karena dia gak faham.

Perdebatan setiap malam soal bahan skripsinya, ya gue bisa sampai berantem kalo ngobrolin soal tugas, apalagi skripsi bukan hal yang main-main.

Anton termasuk anak yang enak untuk diajak ngobrol soal apapun, ketika dia serius semua yang diucapkan tidak pernah main-main dan selalu ada solusi, tapi kalo dia mulai bercanda maka jangan pernah berharap apa yang dia ucapkan itu bener, karena gue bisa pastikan 90 persen bohong dan 10 persennya hanya dia dan tuhan yang tahu.

"Cape ah, ngomong bener terus dari tadi."

Anton mulai mengalihkan pembicaraan, ya, udah satu minggu ini kita gak bercanda dan selalu serius. Kita mulai menutup obrolan tentang skripsi, dan kita anggap semua selesai dan kita siap menghadapi sidang yang tinggal empat bulan lagi.

"Eh lu tau gak?"

"Apa?"

"Gue lagi nyuekin si Lestari."

"Lah, kenapa emangnya?" ini pertama kalinya gue benar-benar merasa kepo, mungkin karena ini pertama kalinya juga dia mau membuka pembicaraan duluan tentang Lestari.

"Pokoknya ya, rasa nyaman gue udah ilang aja sama dia, dia mulai banyak nuntut, sementara lu taulah gue kayak gimana."

"Ya, lu cuek kayak bebek."

"Haha..."

Anton pun akhirnya mulai menceritakan hal yang berbau pribadi, untuk pertama kalinya dia menceritakan tentang si Lestari, dari awal pertemuan mereka hingga hal-hal detail yang bikin dia tertarik ke Lestari dan hal yang dia gak suka dari sosok ceweknya itu.

Dan untuk pertama kali juga gue merasa tertarik dengan obrolan ini, bukan bermaksud untuk mencampuri kehidupan dia cuman gue ngerasa Anton lagi perlu teman yang untuk mendengarkan. Dan ada beberapa nada yang terdengar bercanda, tak lagi seius. Disanalah gue mulai binggung apa yang dia lagi serius atau bercanda.

Tak terasa dua jam dia cerita sana-sini, hingga sampai dititik dia bilang "Gue mau udahan."

Saat dia bilang gitu gue binggung harus merespon seperti apa. "Gue mau ngelamar seorang gadis yang gue kenal beberapa tahun terakhir," dia melanjutkan, jujur ada rasa sedih sekaligus kecewa saat mendengarnya, siapakah gadis itu? apa gadis yang penah dia ceritakan dulu? gadis Cianjur yang bikin dia terpesona sehingga dia rela bulak-balik Bandung-Cianjur kalo libur.

Ya, dulu dia pernah bilang "Cek, gue kalo libur ke Cianjur terus, lu kapan-kapan ikut ya, gue kenalin," dia yang lebih rela ngabisin liburannya di Cianjur ketimbang pulang ke Jakarta bertemu keluarganya.

Setiap dia bilang Cianjur, gue ngerasa cemburu, entah karena dia udah gak punya waktu main sama gue atau sebenarnya ada hal lain yang gue rasain? gue masih belum bisa menjawabnya.

"Bukan si Lestari yang mau lu lamar?"

"Bukan, ada gadis lain sebenarnya, jauh sebelum gue kenal si Lestari."

"Siapa?" nada gue semakin kepo dan sedikit lebih tinggi dari sebelumnya.

"Haha, sejak kapan lu kepo?"

"Yaudah."

"Ah, mulai deh lu cuman respon, yaudah, ok, terus, terserah, gak papa. Bete tau gak kalo lu udah respon kayak gitu."

Entah kenapa gue ngerasa mulai sedikit emosi, dan akhirnya memilih untuk mengakhiri obrolan malam ini.


Bersambung....

12/08/15

(5) Teman Tapi Mesra?

"Cek, gue udah di Papua."

"Oh, mulai kerjanya besok?"

"Iya."

"Yaudah, lu istirahat aja, besok pagi sebelum berangkat survei whatsapp gue ya."

***

 

Aneh, tak seperti tahun-tahun sebelumnya, ada perasaan kosong, kegelisahan, dan rindu yang mengebu-gebu. Dia telah pergi. Pergi untuk kembali. Tapi...

Berteman dengan Anton hampir empat tahun, namun baru kali ada perasaan yang aneh saat dia gak ada disamping gue. Entahlah.

Seminggu berlalu, Anton setiap malam selalu memberikan kabar, tepatnya pukul 22.00 WIB. Ya, dia mulai ke lapangan sekitar pukul 05.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB, input data sekitar 10-20 menit, tergantung bahan yang dia temui selama di jalan.

Dia selalu bercerita seputar GPS, lokasi pemandangan yang di deskripsikan dengan detail, ada rawa, pohon bakau, padang rumput, hewan-hewan liar yang dia temui saat menelusuri hutan, cuacanya yang panas, karakter dari setiap suku, lokasi dimana dia tinggal, hingga karakter dari setiap teman-temannya yang tergabung satu tim.

"Cek, lu tau gak, koordinator gue ditawarin nikah sama orang sini loh, haha."

"Terus, lu ditawarin juga gak?"

"Ya kagak lah, lagi pula kalo ditawarin juga gue bakal nunjukin foto seorang perempuan sambil berkata 'dialah calon istriku'."

"Deuh, so iye, paling lu langsung diusir. Haha," jawab gue yang sebenarnya entah kenapa kurang suka mendengarnya.

Semenjak Anton pacaran sama Lestari, dia lebih sering cuek atau bahkan gak peduli. Beberapa kali Lestari nangis dan mengadu ke gue karena hal-hal yang dilakuin Anton. Dibentak, diceukin, atau cemburu karena Anton lebih milih gue buat nemenin dia beli buku daripada ceweknya.

"Lu kenapa nelpon gue terus sih? Lu gak nelpon cewek lu?"

"Udah tadi siang, dia kan gak pernah begadang kayak lu."

"Lu bilang lagi dimana?"

"Lagi main dan dia marah."

Gue hanya bisa tertawa kecil saat mendengar ceritanya, Anton jarang sekali cerita tentang Lestari ke gue, padahal gue suka ingin kepo, tapi gue sadar gak bisa maksa orang dan memaksa bukan sifat gue.

"Eh lu kangen gak sama gue?"

"Kagak."

Anton setiap menelpon selalu nanya gue kangen apa enggak ke dia, pertanyaan yang oon sebenarnya, karena temen mana yang gak kangen sama temen deketnya, apalagi kalo tiap hari ketemu dan tiba-tiba harus ngilang selama tiga bulan.

Tapi gue selalu gengsi untuk bilang kangen. Jadi, ada beberapa hal yang gue manipulasi dengan gaya cuek gue. Beberapa kalimat yang dia ceritakan hanya gue respon dengan kata "yaudah" atau "terserah" dan kalimat itu selalu berhasil bikin dia kesal, tapi anehnya dia lagi-lagi cerita, padahal gue gak pernah nyuruh.

Ya, Anton sosok cowok yang bawel dan hobi banget cerita, gue? sebaliknya, lebih seneng mendengarkan dan memperhatikan orang lain ngobrol.

"Giliran lu dong yang cerita, dari kemarin gue melulu."

"Gue cuman lagi sibuk kuliah dan ngurus dua skripsi."

"Terus?"

"Ya gak terus-terus, mendingan lu lagi yang cerita hari ini kerjaannya gimana? ada yang menarik gak?"

"Tau ah, bete, lu gak mau cerita."

Dan obrolan selalu berakhir selalu tidak enak, karena dia keburu bete. Tapi kita aja, besok malem dia bakalan nelpon gue lagi. Bukan so kepedean, tapi itu yang selalu terjadi sejak empat tahun yang lalu.



Bersambung..............

11/08/15

(4) Teman Tapi Mesra?

Babak baru kehidupan gue Anton masih berlanjut, kali ini, gue yang merasa kehilangan dirinya. Anton pergi.

***

Kehidupan di kampus hampir berakhir, gue dan Anton saat ini mulai disibukan dengan 'skrip-shit' sebenarnya kerangka yang gue punya udah untuk menyusun skripsi udah ada, tinggal masukin data-datanya aja. Tapi, saat ini fokus gue mulai teralihkan gara-gara sikap bodoh si Anton.

"Njir, lu serius? ah elu, bercanda kali ini gak lucu."

"Gue serius Cek, gue mau cabut"

"Kemana? terus skripsi lu?"

"Tolong kerjain ya sama lu, nanti gue bayar deh, terserah lu minta apa aja gue kasih," nadanya emang tak terdengar bercanda, tapi raut wajahnya yang datar selalu berhasil bikin gue bingung. Secara, dia kalo ngomong serius atau bercanda gak ada ekspresinya.

"Ogah! Kerjain sendiri."

Anton pun langsung menunjukan beberapa e-mail yang dikirim ke dia dari sebuah perusahaan survei ternama yang ada di Jakarta.

"Gak, gue gak setuju. Kalo prediksinya meleset gimana? pas lu bimbingan buat skripsi gimana? parahnya kalo lu belum balik pas waktunya sidang gimana?"

Lagi-lagi Anton mengeluarkan jurusnya, memelas, dan kali ini gue gak mempan dengan jurusnya. Tak mau menyerah, Anton kembali menjelaskan tugasnya dia yang hampir tiga bulan. Sebenarnya, gue udah faham, karena dia udah melakoni pekerjaan ini sejak awal ngampus, atau lebih tepatnya sejak pertama kali gue kenal dia.

"Cek, gak nyampe tiga bulan kok yang ini, karena tim-nya hampir 100 orang dari seluruh Indonesia, ini kesempatan emas!"

"Okey, dalam waktu tiga bulan lu gak balik ke Bandung jangan harap masih bisa jadi temen gue," akhirnya gue menyerah.

"Siap kapten, sidang masih 5 bulan lagi, dan gue bakal balik 3 bulan lagi, dan lu orang pertama yang gue temuin."

Anton bekerja dengan beberapa perusahaan survei ternama di Jakarta, setahun dua kali dia pasti ke luar kota untuk survei. Terkadang dalam satu tahun dia bisa tiga kali, dan sekali survei bisa 1-3 bulan, tergantung tempatnya. Lalu kuliahnya? dia hampir di DO (Drop Out)!

Karena pernah gak masuk selama 3 bulan, tapi tugas masuk semua? siapa lagi kalo bukan gue yang ngerjain, jadi faham kan kenapa anak-anak suka sirik banget sama dia? karena dia punya temen sebaik dan sehebat gue, haha... (narsis dikit)

Untungnya lagi, otaknya dia agak pinter dan houmble ke siapa aja, termasuk cenderung yang dekat dengan dekan. Curang!!

Dan selama ini, dia nyimpen semua duitnya di atm gue. Dikira gue emaknya kali ya, yang ngurus keuangannya, udah ngurus tugas dia, ngurus kalo dia mau berangkat, ngurus apapun yang berkaitan dengan dia deh, jadi wajar kalo Lestari (pacarnya) cemburu banget ke gue. Soalnya, si Anton gak pernah cerita hal ini ke pacarnya atau ke keluarganya, cuman ke gue.

Kalo diitung-itung ya, udah ada Rp200 juta lebih duitnya di ATM gue, dan dia selalu bilang. "Kalo lu perlu pake aja duitnya," enak banget kan? ya iyalah, secara gue udah kayak babunya.

"Cek, lu tau gak survei yang sekarang gue kemana?"

"Papua?"

"Kok tahu?"

"OOn ih, waktu lu kasih liat e-mail ke gue kan dibaca, gak cuman gue liatin doang?"

"Haha, iya yah..Lu tau gak bayarannya sekarang berapa?"

"Berapa?" gak ada nada antusias sama sekali, karena sebenarnya gue juga gak peduli.

"Rp30 juta per bulan dan kali tiga Rp90 juta, cek!"

"Oh"

"Cuman oh?"

ft: www.flickr.com
"Gue heran ya, duit lu udah banyak dari kerjaan lu kayak gini, terus tiap minggu lu juga masih dapet kiriman dari bokap-nyokap lu di Jakarta dan dikirimnya ke rekening gue juga. Sebenernya, apa sih yang lu cari?"

"Gak tahu, gue seneng jalan-jalannya aja sih, bukan karena duitnya,"

"Terus duit sebanyak ini buat apa? lu belum nikah, kebutuhan lu juga dikit, selama ini yang gue liat lu cuman makan di warteg dan beli buku sama gue, baju lusuh, jarang mandi, kosan yang super murah dan sempit, lu juga jarang jajan ya paling rokok doang,"

"Buat modal nikahin elu"

"Bercanda lu kali ini garing! Gue serius, lu mau nikahin si Lestari kapan?"

"Yaudah kalo gak percaya. Gak tau, gue gak mau nikah cepet-cepet, gue belum keliling Eropa."

"Ajaklah si Lestari, dia pasti seneng,"

"Gak mau, mendingan gue ajak elu."

Perbincangan gue masih berlanjut hingga pukul 19.00 WIB, di kedai langganan gue dan dia. Pemilik kedainya pun sudah tak heran lagi kalo tiap sore bahkan sampai kedai tutup gue sama Anton selalu disana, mulai dari ngerjain tugas, sampai hanya sekedar mengobrol. Tempat duduknya pun selalu sama.

Perbincangan hari terakhir sebelum dia pergi ke Papua untuk melakukan survei.

"Kabarin gue terus ya, jaga kesehatan, hati-hati input datanya jangan sampai salah biar lu gak kerja dua kali," mata gue entah kenapa kali ini mendung, ada perasaan gak rela saat memberi tasnya dia yang sudah gue rapihkan berbagai keperluannya.

Bersambung...............

06/08/15

(3) Teman Tapi Mesra?

SIAPA yang ingin aku salahkan sebenarnuya? Semua yang berlalu begitu saja, semua, semua seakan memiliki magnet untuk meluapkan segala hal yang tidak bisa dikendalikan oleh logika.

"Gue gak punya kesempatan."

"Sotoi!"

*****

Masih dalam edisi aku mendiamkannya, menjaga jarak, menjaga hal-hal yang memungkinkan perasaan ini berkembang biak dari nalar yang tak terduga. Perasaan yang terkoyak dengan hal-hal sepele namun  bisa membuat hati sedikit berguncang.

"Heh Mony, jelasin ke gue yang sebenarnya!"

"Apa yang harus gue jelasin Nton? Apa?" Nadaku tiba-tiba naik satu oktaf dari nada biasanya, ada perasaan marah, namun gak bisa terlampiaskan. Karena gue bukan tipe yang mudah meledakan emosi, ibarat bom waktu, itulah gue.

"Gue mohon, jangan tinggalin gue," nada Anton tiba-tiba melemah dari nada sebelumnya, ada nada permintaan di dalamnya, ada nada sedikit memelas yang terbaut dengan kesedihan.

Gue gak bakal ninggalin elu, Anton. Gak bakal. Tapi seakan gue susah buat meluapkannya, padahal apa susahnya bilang "ok" atau hanya sekedar bilang "iya" untuk mengakhiri masa pendiaman gue.

Disisi lain, sikap Dony semakin tidak membuat nyaman, setiap hari selalu berantem dengannya karena hal-hal sepele. Bukan lagi soal dia cemburu, tapi lebih dari itu, dia mulai mengengkang gerak-gerik gue, pertemanan, kuliah, hingga kerja part-time gue yang terus dipantau.

Setiap hari, 3x sehari dia nelpon, ibarat seorang dokter yang selalu mengingatkan untuk makan. Gue emang paling susah makan, karena lebih sering lupa buat makan dan minum. Tapi si Anton juga melakukan hal yang sama ke gue, dengan cara yang berbeda. Ya, cara Anton bikin gue nyaman, berbanding terbalik dengan caranya Dony.

Tak seharusnya gue membandingkan mereka, jelas mereka berbeda, Dony kekasih gue dan Anton? Dia teman dekat gue, ya teman dekat sejak 3 tahun ini. Teman yang selalu jadi sandaran gue disaat gue senang atau sedih.

"Gue kangen elu, Mony"

Langkah pun terhenti. Mencoba memberanikan diri untuk membalikan badan dan kembali menatap wajah manis Anton, ya Anton pria yang cukup manis dengan kulit coklat, mata belo, pipi tirus, dan hidungnya pun mancung.

"Tumben lu manggil gue Mony, biasanya pesek, atau cuman cek doang."

Anton kembali tersenyum, raut wajah kesedihan perlahan hilang, dan entah kenapa gue senang melihatnya. "Jangan kayak gini lagi ya cek, gue gak bisa hidup tanpa lu"

"Haha, lebay!"

Gue mencoba untuk kembali dekat dengannya, seakan kejadian beberapa ini tak pernah terjadi. Anton pasti faham sama apa yang gue lakuin kemarin, toh dia gak pernah nanya lagi alasan kenapa gue ngejauhinnya. Lagi pula, gue gak bisa menjawab kalo dia nanya.

Bersambung.......

04/08/15

(2) Teman Tapi Mesra?

Ilustrasi
"Mony, lu pacaran ya sama si Anton?"

"HAH? Pacaran apaan sih? Kagaklah, gue kan punya si Doni, nah si Anton punya si Lestari," sangkal gue dengan cepat.

Bukan kali pertamanya gue dan Anton ditanya seperti itu, respon yang sama selalu gue berikan, mencoba untuk menyangkal, bukan mencoba sih lebih tepatnya, tapi mengklarifikasi hal-hal yang semakin tidak mengenakan suasana di kelas kami.

****

"Woi pesek, lu kenapa sih?" Sapanya sambil neken hidung gue yang udah dempes makin bikin sesak nafas.

"Eungap goblok.. Dah, tau idung gue cuman segini."

Anton pun hanya tertawa terbahak-bahak kerap kali bercanda akan hal yang serupa tiap harinya. Ya, Anton sosok yang jarang sekali untuk serius, dia lebih banyak bercanda dan tertawa dengan siapa pun, gue sebaliknya, lebih serius dan jarang bercanda.

Tapi, yang diheran gue kok bisa temenan sama makhluk aneh kayak dia sampai 3 tahun, hmm... Hanya tuhan yang faham. Haha

Beberapa hari ini gue sedang menjauhinya, bukan karena alasan sudah tak ingin berteman dengannya, tapi lebih ke............ (Tiba-tiba gue mikir apa maksud gue sebenernya ngejauhin dia)

Alasan awalnya sih karena gak mau ada gosip yang terlalu heboh lagi, ditambah lagi dengan si Lestari yang selalu cemburu ke gue, Doni juga sama, dia cemburu ke Anton.

"Cek (pecek alias pesek, bisa juga diartikan ncek karena mata gue sipit dan gue keturunan Cina) gue kok ngerasa elu lagi ngejauhin gue ya? Hehe. Atau cuman perasaan gue aja kali ya?"

"Ah, itu hanya perasaan nak Anton saja," timpalku dengan nada yang dibuat seperti orang Jawa.

"Gue serius cek, gue punya salah ya ke elu?"

"Kagak."

"Ya terus kenapa lu sikapnya beda?"

Anton 'kekeuh' minta penjelasan akan sikap gue tiba-tiba berubah, sebenarnya gue sendiri binggung harus ngejelasin apa. Kalo gue bilang karena pacar kita cemburu, itu udah pernah dibahas sebelumnya, kalo karena temen-temen kelas yang risih itu juga pernah dibahas, kalo gue yang risih? Tapi gue risih karena apa? Karena keluarga kta? Tapi keluarga gue sama keluarga Anton bahkan sangat akur, lalu karena apa? Apa karena gue udah mulai ngerasa ada hal lain, bukan hanya sekedar pertemanan, tapi lebih dari itu...


Bersambung........

03/08/15

(1) Teman Tapi Mesra?



"DIAM!" Seorang pria tengah beradu argumen dengan beberapa orang. Entah ingin mererai ataupun ingin memulainya.


****

TAK pernah kah terfikirkan bahwa aku benar-benar menjadi sangat takut kehilanganmu?

"Jika aku pergi jangan pernah memintaku untuk kembali lagi, hanya aku yang boleh menentukan akan kembali atau tidak."

Bukankah, ucapannya terdengar sangat egois? Bukankah kita tidak bisa meminta 'hati' ingin memilih kesiapa harusnya dia berada.

"Kenapa bisa sedekat ini? Siapa yang memulai?"

Aku tak bisa menjawab, karena memang tidak faham. Bukan aku yang memilih, bukan juga kamu, bukan kita, tapi siapa? Tuhan. Pantaskah aku menyalahkan tuhan? Tak murka kah dia jika aku menyalahkannya? Tapi... Jika aku tak menyalahkan, maka siapa yang harus aku salahkan?

Hari demi hari, hubunganku dengannya kian dekat, meskipun kita seringkali bertengkar hebat dan tak jarang saling diam. Namun, selama ini yang 'memperbaiki' hubungan selalu aku. Lelah, iya.

Malam itu, aku dan dia jalan. Bandung. Kita keliling kota, mencari makanan, memperhatikan orang-orang yang sedang berlalu lalang, menebak-nebak isi kepala mereka, tak jarang aku dan dia tiba-tiba tertawa, membicarakan hal yang sebenarnya tidak kita ketahui sama sekali.

Ilustrasi
Aku terlalu sama dengannya, sifat dan karakternya, hanya saja, usia kita terlampau tiga tahun. Ya, aku lebih muda dari dia. Namun, jika sedang mengobrol aku tak merasa ada jarak usia. Aku, aku, merasa ingin selalu bersamanya.

Kebahagiaan aku dan kebahagiaan dia juga. Terlihat jelas dia sangat nyaman saat berada disampingku, tertawa, bercerita, hingga memeluk layaknya 'teman' yang sudah dekat. Aku dan dia sudah lebih dari teman. Aku dan dia sudah lebih dari teman. Aku dan dia sudah lebih, lebih, dan lebih.

Hingga pada suatu hari semua berubah 180 derajat. Dia berubah. Aku kehilangan sosoknya, aku kehilangan jantungnya, dan aku kehilangan aroma tubuhnya. Aroma tubuh yang setiap malam aku cium, jantung yang tiap malam aku dengarkan detaknya, sosok yang selalu aku pandang sepanjang malam.

Bersambung……

16/04/15

CEBAN (Cianjur Epic Banget)

Yuk kita bangun ekosistem film Cianjur!

FROM CIANJUR FOR INDONESIA
Cianjur Jendela Wisata Dunia

BANYAK yang bertanya 'Apa Itu Ceban?' CEBAN adalah singkatan dari Cianjur Epic Banget. Masih belum ngerti? yuk simak penjelasannya dibawah ini!

Cianjur Epic Banget (Ceban) merupakan sebuah ide yang diproklamorkan (duh kayak bung hatta aja) oleh seorang pria yang cukup tampan yang mirip chines, haha. Ok ini serius, namanya Fahri Rizky Hamdani, ah ribet, panggil aja Cheko.

Beberapa waktu lalu, saya bertemu Cheko di Cianjur Creative Forum (CCF) Foundation, mau tau alamatnya? di Jalan KH Hasyim Asyari no 12, Warujajar-Cianjur. Awalnya kita lagi ngebahas seputar pembuatan City ID (doang) tapi.... setelah minggu depan ketemu lagi tiba-tiba dia berkata "Bikin program Ceban yuk?"

What? ceban? duit sepuluh ribu dibuat film? fikir aku saat itu. Cheko langsung ngejelasin, Cianjur Epic yang akan kita jelaskan dalam 20 produksi film tentang Cianjur.

Saat itu aku lagi mikir. "Hah, 20 Film? Gak terlalu sedikit (gak kebanyakan maksudnya)"

"Gini gini (ujarnya yang seolah-olah tau kalo otak aku masih belum faham) kita ajak 10 ribu orang baik yang berdomisili di Cianjur maupun di luar Cianjur untuk menjadi co-Produser (co-pro) dalam film ini,"

Otak aku masih mikir, nah cara pendaftaran yang menjadi co-Pro dan danannya untuk 20 film itu gimana? fungsi dari 10 ribu orang yang ikut jadi co-Pro itu apa?

"Setiap orang yang ingin menjadi co-Pro itu wajib nyumbang ceban (bisa lebih ngasihnya dan tetap kita catat jumlah yang didonasikan, sumpah gak akan dikorupsi lho, hehe), dan dananya akan kita tampung selama tiga bulan untuk pembiayaan produksi film ini"

Lalu keuntungannya? nah, co-Pro yang menjadi bagian dari film ini berhak untuk nonton screening 20 film itu. Setiap akhir pekan kita akan terus meng-upgrade perkembangan lewat e-mail yang dikirim oleh yang menyumbang. Jadi, bagi yang ingin menjadi co-Pro wajib cantumin nama, no hape, dan nama e-mailnya. Biar sekalian mengawal perkembangan film ini.

Kita bekerja sama dengan Kampung Film Cianjur untuk membantu pembuatan film ini. Kita gak main-main dalam pembuatan film ini!!

Karena tujuan kita, ingin menggali potensi anak muda di Kabupaten Cianjur dengan sangat maksimal. Cianjur bukan lagi kota mati yang hanya sebagai perlintasan dari Jakarta ke Bandung saja (udah ada jalan tol Cipularang, hihi) Cianjur menjadi daerah dengan tujuan pariwisata.

Ingat akan pilar NGAOS-MAMAOS-MAENPO? Nah, program Ceban ini akan menggali secara maksimal akan ketiga pilar itu.

Akhir tahun di-Screening didepan 10.000 warga Cianjur. Kita bikin petisi bersama untuk Ngaos-Mamaos-Maenpo agar suatu saat pada Ilustrasi gambar pecahan uang 10.000 rupiah nama Cianjur akan selalu diingat.

Hanya ceban, dan kalian bisa menikmati indahnya Cianjur secara lebih dalam. Yuk udunan, cuman ceban.(penanida)

INFO co-Pro:
Whatsapp: 082216885200 (nida)
E-mail: kampungchannel@gmail.com
Join Grup Facebook: CEBAN (cianjur Epic Banget)
Twitter: @kampungfilms


08/04/15

Cinta Setengah Musim


“Sayang, giornata perdana musim ini kamu nonton di kota aku ya. Aku jemput di terminal nanti, ongkosnya aku transfer,”

MENJALIN kisah baru satu bulan. Emosi ‘cinta’ yang sangat menggebu-gebu. Cinta tidak membuat orang lupa diri, namun terkadang itu bisa bikin yang merasakannya lupa akan beberapa hal. 

Pergi ke luar kota demi menonton bola. Karena jika tidak seperti itu, aku sama dia mustahil bisa ketemu. Kesibukan kita berdua pun kadang membuat lupa bahwa sudah tiga hari tidak berkomunikasi. Entah lewat whatsapp, bbm, sms, apalagi telepon.

Hal itu terus terjadi hingga akhirnya aku mulai merasakan sesuatu yang sangat ganjal. “Kamu kemana saja? Sudah seminggu gak ngabarin” pesan singkatku lewat whatsapp. Aplikasi yang paling sering aku gunakan dibandingkan dengan medsos lainnya.

Harryxa Briantra. Nama yang berhasil membuatku jatuh cinta. Entah bagaimana caranya, awalnya hanya sebagai pelampiasan karena sudah hampir satu tahun menjomblo. Dia pun saat aku tanya “Kenapa nembak aku?” dia hanya tersenyum “Gak tau. Aku jomblo dan kamu pun gitu. Saat itu, yang lagi deket sama aku cuman kamu, gak tau kenapa saat pertama kali ketemu disana aku sering banget liat kamu. Kamu gak tau deh lagi ngobrol sama siapa”

Gak lama kemudian dari perjumpaan itu, aku dan dia saling berkomunikasi jauh lebih intens dari biasanya. Pernah mendengar kata “bermula dari candaan kini menjadi serius” ya, itu yang kita rasakan. Seakan lupa dengan proses yang singkat itu.

Banyak janji manis yang membuatku ‘lupa’ pernah sakit karena janji manis yang diberikan oleh seseorang. Dia juga memiliki banyak janji manis, layaknya laki-laki pada umumnya. Lalu, aku kembali terjebak. 

“Kapan ya ada pertandingan bola lagi? Gak sabar buat ketemu kamu dan kita chant (semacam yel-yel mendukung tim yang sedang bermain) bareng lagi” Pesan yang kubaca berulang kali setelah hampir dua giornata (match) tidak berkomunikasi, terlebih lagi saat itu di komunitas bola kami sedang tidak ada even nonton bareng se-Jabar Banten ataupun se-Jabodetabek.

Kata-kata yang cuman segitu tapi bikin hati berbunga-bunga. Gila? Emang pada saat itu aku seperti orang gila. Hingga akhirnya saat setengah musim itu hampir berakhir. “Jane, lu gue kasih tau ya. Elu gak bakal dinikahin sama si Harry! Percaya deh sama gue” sebuah kalimat yang bikin down dari kerabatnya meskipun dengan nada tertawa.

Meskipun aku menanggapinya dengan candaan lagi, tapi tetap saja aku memikirkan ucap itu. 

Sampai akhirnya ada beberapa hal yang bikin hati terasa asin. Dia gak ngabarin aku lebih dari tiga giornata. Namun, di twitter sangat aktif. Mungkin dia mulai bosan, fikirku.

Sampai akhirnya ada sebuah konflik yang bikin aku sangat marah dan memintanya untuk mengakhiri semuanya. Lalu, beberapa minggu setelahnya aku mendapatkan kabar bahwa Harryxa telah bertunangan dengan wanita lain dan akan segera menikah.(*)

#FiksiBuatPacarku

=====
Note: Kata mimin #KampusFiksi harus curhat aslinya :p

Intinya si cowok ini orangnya sangat dingin, lebih dingin dari es. Bagaikan wikipedia sepakbola, mau tanya sepakbola liga mana saja dia faham. Kebetulan kita bertemu disalah satu komunitas sepakbola liga italia dari salah satu tim yang saya enggan untuk menyebutkan nama klub kebanggan saya disini. Hehe

Kita ketemu gak selalu pas even nonbar aja sih, beberapa kali kita ketemu di luar acara even bola. Dia suka lupa sama hape jadi komunikasi kita jarang karena 30 persen karena sibuk kerja dan sisanya ya gitu deh, dia suka ngilang kayak kapal air asia, hihi.

Kita berkenalan di salah satu grup pengurus se-Nusantara komunitas itu, awalnya cuman bercanda dan gak ada perasaan sama sekali tapi ternyata kita atau lebih tepatnya aku mulai tertarik sama karakternya yang sedikit berbeda. Hingga akhirnya di salah satu acara Ghatering se-Jabar Banten di salah satu kota pertemuan pertama kali.

Sekarang kisah aku dan dia sudah berakhir. Cerita ini banyak bumbu-bumbu fiksinya, jadi jangan terlalu serius ya. Hihihi....