Jadikan Dia Menjadi
Imam Aku
@penanida
“Hai, Naila? Minggu ini
tidak ada acarakana? Jika tidak ada aku sangat berharap agar kamu datang ke
pernikahan aku,” sebuah pesan dari sahabat Naila saat waktu SMA.
Dengan senyuman tipis
dibibirnya, Naila bergumam “Ya Allah, temanku sudah ada yang menikah lagi. Lalu
bagaimana denganku?” tidak lama kemudian, Naila yang membalas SMS tersebut yang
mengatakan akan hadir jika Allah tidak memberikan rencana yang lain, maka dia
akan datang dengan sangat bahagia.
Lalu, sebuah SMS
mengejutkan datang dari orang yang sama. “Perkenalkanlah, pria hebat yang ada
di hatimu. Ajaklah dia bersamamu untuk datang di pernikahanku tersebut,”
“Hehe, saya masih belum
memiliki pasangan. Akan saya ajak adik sepupu saya untuk menghadiri dipernihan
kamu yah,” jawab Naila dengan emoticon tersenyuml lebar.
Tuhan maha mengetahui
apa yang terbaik, hingga usia aku yang saat ini beranjak ke angka 25 masih belum
diberikannya sosok seorang pria, agar menjadikan aku sebagai makmum dalam
sholat dan menjadi ibu bagi anak-anaknya.
Aku hanya diberikan kesempatan untuk taaruf dengan
beberapa pria semenjak lulus kuliah, tepatnya dua tahun yang lalu, belum lama
ini Tuhan kembali ambil calon imamku. “Dzikir, doa ,dan ikhtiar selalu ku lakukan
dan hanya dengan ketulasan hati kulakukan hal tersebut hanya kepada Allah. Namun,
hingga kini masih belum diberikan seorang jodoh,” Curhat Naila Adzkia, dalam
renungan doanya selepas sholat magrib.
Nadia memiliki rentetan
cerita cinta, yang cukup menyedihkan. Terakhir dia bertaaruf dengan seorang
pria biasa, kurang memahani agama, namun selalu berusaha untuk tidak
meninggalkan sholat. Pria tersebut bernama Syarif, beberapa bulan sebelum kedua
memutuskan untuk ada ikatan secara syah, namun sebuah tragedy menyedihkan dialami.
Yah, Syarif meninggal dunia dikarenakan sebuah tabrakan maut yang terjadi di
jalan tol.
Kini hanya tinggal
kenangan dan hanya sebuah nisan yang mampu dilihatnya kerap kali Naila rindu
akan sosoknya. “Tuhan, berikan pria yang lebih baik untuk calonku. Jika engkau
tidak memberikan pria yang lebih baik dari Syarif maka janganlah engkau berikan
sosok yang kurang dari dia,” menarik nafas dalam doa yang dipanjatkan. “Aku
ingin segera menikah, hingga kapan aku selalu sendiri? Sementara rekan seusiaku
sudah bahagia dengan keluarga kecilnya, saya mulai merindukan sosok bayi kecil
dengan seorang suami yang shaleh, untuk membimbing keluargaku menjadi keluarga
yang selamat di dunia dan akhirat,” tetetasan air mata mulai mengalir di
pipinya.
“Saya akan selalu berupaya
untuk menjaga hijab ini, bahkan semua tutur kata yang selalu saya ucapakan akan
selalu jaga dengan benteng yang kuat sesuai dengan ketentuan dalam Al-Quran dan
Hadits mu. Kini hanya satu pengharapanku yaitu membina keluarga dengan adanya
calon imam yang baik dan selalu ingat denganmu,” tutup Naila dalam doanya.
Hari-hari yang dilakuai
Nadia tetap seperti biasanya, menjadi seorang guru di Madrasah Ibtidaiyah yang
tidak jauh dari rumahnya, dan mengajarkan anak-anak kurang mampu di taman
bacaaan terbuka yang letaknya di tengah taman kota.
Hingga pada suatu hari,
ada seorang pria jangkung dengan aura yang mampu membuat orang tersebut
merasakan kenyamanan. “Masyaallah, pria ini wajahnya sangat bercahaya. Tuhan,
berikanlah aku jodoh seorang pria dengan hati dan aura seperti pria tersebut.
Sesungguhnya hanyalah engkau yang maha mengetahui dan hanya engkaulah yang
mampu membolak balikan hati manusia,”