02/12/12

Bila Aku Pergi - Zaman kesatu

ilustrasi.net
MAU tidak mau, kata sahabat memiliki dampak yang sangat berarti untuk menjalani sebuah kehidupan, hal tersebut yang sangat Aku rasakan. Ketika Aku jatuh dan tidak mampu untuk bangkit maka sahabatlah yang menopangku untuk berdiri, Axell. Orang yang udah Aku anggap sebagai saudara.

Kalian cukup panggil Aku Harry, Axell dan beberapa teman lainnya memanggilku dengan nama tersebut. Sebenarnya, ada salah seorang lagi yang yang menjadi bagian dalam hidupku, dia masih seorang sahabat. Hanya saja dia wanita. Aku akan menceritakan beberapa kisah tentang Aku dan dua orang yang sangat berpengaruh dalam hidupku, mungkin dari awal pertemuan Aku, Axell, dan wanita itu.

Saat itu, Aku pergi sebuah tempat favorit di sekolah bareng Axell. Suasana hati anak muda yang sedang gelisah. Untungnya Aku punya Axell yang memiliki sikap konyol yang biasanya langsung membuat rasa galau lenyap. Tetapi hari itu, Axell tidak berhasil. “Waw, ada cewek cantik tuh kayaknya anak baru,” ujarnya saat itu, kami sedang disebuah jembatan yang sangat fenomenal, karena jembatan tersebut mampu mempersatukan dua bangunan pendidikan menjadi satu, walaupun masih satu yayasan sih.

Hati yang sedang tidak enak membuat Aku hanya mengeluarkan tawa sinis yang sedikit menyakitkan hati. “Haha, lo udah berapa abad gak ngeliat cewek cantik?,” jawaban yang sebenarnya tidak dilihat sama sekali cewek yang dimaksud Axell.

Aku tahu Axell akan sebisa mungkin ngeyakinin Aku, apalagi kalo udah berurusan dengan cewek. Tapi sekeras apapun usaha Axell, Aku tidak akan meliriknya. “Oh iya, gue lupa lo Playboy cap sekolah, pastinya lo tau banget bebagai tipe cewek yang cantik kayak gimana,” tambahku yang seharusnya gak Aku katakan kembali melayang dengan anggunnya.

Jika kalian bukan sahabatku, maka apakah yang akan kalian katakan? Marah dan langsung pergi, namun Axell dia bertanya kepadaku, “Ada masalah? Mau cerita? Eh gue tahu, lo masih mikirin Vian?” tebaknya.

Vian, itulah nama sahabat wanita kita. Ceplosan Axell berhasil buat gue sama Vian yang sudah tiga tahun yang lalu pergi meninggalkan kita dengan alasan buat melanjutkan sekolah di Australia. Ketika itu, entah apa perasan Aku, tapi Aku langsung pergi ninggalin Axell dan dengan langkah cepat aku menuju ke ruang Osis.
Ternyata, Axell komat-kamit seorang diri dengan mengatakan,  “Padahal bilang aja kalo dia masih suka sama si Vian,” gerutunya.

Dulu Aku sempat jadian sama Vian, lima tahun aku mengenalnya. Sosoknya mampu membuat aku jatuh hati, hingga akhirnya dia pamit untuk sekolah di negeri Kangguru. Awalnya kita masih berhubungan, hingga akhirnya karena suatu kejadian Aku kehilangan kontak dengan dirinya hingga saat ini, kapan dia pulang pun Aku tidak tahu. Kami benar-benar kehilangan kontak, bahkan jejaring sosialpun tidak mampu mempertemukan kita.(nida)