ilustrasi.net |
MAU
tidak
mau, kata sahabat memiliki dampak
yang sangat berarti untuk menjalani sebuah kehidupan, hal tersebut yang sangat Aku
rasakan. Ketika Aku jatuh dan tidak mampu untuk bangkit maka sahabatlah yang
menopangku untuk berdiri, Axell. Orang yang udah Aku anggap sebagai saudara.
Kalian cukup panggil Aku Harry,
Axell dan beberapa teman lainnya memanggilku dengan nama tersebut. Sebenarnya,
ada salah seorang lagi yang yang menjadi bagian dalam hidupku, dia masih
seorang sahabat. Hanya saja dia wanita. Aku akan
menceritakan beberapa kisah tentang Aku dan dua orang yang sangat berpengaruh
dalam hidupku, mungkin dari awal pertemuan Aku, Axell, dan wanita itu.
Saat itu, Aku
pergi sebuah tempat favorit di sekolah bareng Axell. Suasana hati anak muda
yang sedang gelisah. Untungnya
Aku punya Axell yang memiliki sikap konyol yang biasanya langsung membuat rasa galau lenyap. Tetapi hari itu, Axell tidak
berhasil. “Waw, ada cewek
cantik tuh kayaknya anak baru,” ujarnya saat itu, kami sedang disebuah
jembatan yang sangat fenomenal, karena jembatan tersebut mampu mempersatukan
dua bangunan pendidikan menjadi satu, walaupun masih satu yayasan sih.
Hati yang sedang
tidak enak membuat Aku hanya mengeluarkan tawa sinis yang sedikit menyakitkan
hati. “Haha, lo udah berapa abad gak ngeliat cewek cantik?,” jawaban yang
sebenarnya tidak dilihat sama sekali cewek yang dimaksud Axell.
Aku tahu Axell
akan sebisa mungkin ngeyakinin Aku, apalagi kalo udah berurusan dengan cewek.
Tapi sekeras apapun usaha Axell, Aku tidak akan meliriknya. “Oh iya, gue lupa
lo Playboy cap sekolah, pastinya lo
tau banget bebagai tipe cewek yang cantik kayak gimana,” tambahku yang
seharusnya gak Aku katakan kembali melayang dengan anggunnya.
Jika kalian
bukan sahabatku, maka apakah yang akan kalian katakan? Marah dan langsung
pergi, namun Axell dia bertanya kepadaku, “Ada masalah? Mau cerita? Eh gue tahu, lo masih
mikirin Vian?” tebaknya.
Vian, itulah
nama sahabat wanita kita. Ceplosan Axell berhasil buat gue sama Vian yang sudah
tiga tahun yang lalu pergi meninggalkan kita dengan alasan buat melanjutkan
sekolah di Australia. Ketika itu, entah apa perasan Aku, tapi Aku langsung
pergi ninggalin Axell dan dengan langkah cepat aku menuju ke ruang Osis.
Ternyata, Axell
komat-kamit seorang diri dengan mengatakan, “Padahal bilang aja kalo dia masih suka sama
si Vian,” gerutunya.
Dulu Aku sempat
jadian sama Vian, lima tahun aku mengenalnya. Sosoknya mampu membuat aku jatuh
hati, hingga akhirnya dia pamit untuk sekolah di negeri Kangguru. Awalnya kita
masih berhubungan, hingga akhirnya karena suatu kejadian Aku kehilangan kontak
dengan dirinya hingga saat ini, kapan dia pulang pun Aku tidak tahu. Kami
benar-benar kehilangan kontak, bahkan jejaring sosialpun tidak mampu
mempertemukan kita.(nida)