Pilu, Benci Memaafkan.
Sifat kasarmu selama ini telah membuat aku mulai merasa muak untuk memaafkan. Akan tetapi, hati yang terlalu lembut, selalu senantiasa memaafkan bahkan berharap lebih. "Datanglah ke orangtuaku, lalu meminta restu," tatapku kepadanya dengan penuh harap serta nafas panjang yang sudah dipersiapkan sejak tadi. "Ketuklah pintu rumahku, layaknya kamu mengetuk hatiku pertama kali,"
Dia masih saja diam, 30 menit kemudian dia baru bersuara. "Aku akan langsung melamarmu di hadapan orangtuamu," kali ini, aku yang diam seakan tidak percaya dengan ucapanya. Dia yang selama ini sangat membenci perintah, kini dia melakukan satu perintah dariku dengan kesunguhan. Mungkin tuhan telah mengetuk pintu hatinya dengan magic super.
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari http://www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku.
Sifat kasarmu selama ini telah membuat aku mulai merasa muak untuk memaafkan. Akan tetapi, hati yang terlalu lembut, selalu senantiasa memaafkan bahkan berharap lebih. "Datanglah ke orangtuaku, lalu meminta restu," tatapku kepadanya dengan penuh harap serta nafas panjang yang sudah dipersiapkan sejak tadi. "Ketuklah pintu rumahku, layaknya kamu mengetuk hatiku pertama kali,"
Dia masih saja diam, 30 menit kemudian dia baru bersuara. "Aku akan langsung melamarmu di hadapan orangtuamu," kali ini, aku yang diam seakan tidak percaya dengan ucapanya. Dia yang selama ini sangat membenci perintah, kini dia melakukan satu perintah dariku dengan kesunguhan. Mungkin tuhan telah mengetuk pintu hatinya dengan magic super.
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari http://www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku.