08/10/14

Magic Tuhan

Pilu, Benci Memaafkan.

Sifat kasarmu selama ini telah membuat aku mulai merasa muak untuk memaafkan. Akan tetapi, hati yang terlalu lembut, selalu senantiasa memaafkan bahkan berharap lebih. "Datanglah ke orangtuaku, lalu meminta restu," tatapku kepadanya dengan penuh harap serta nafas panjang yang sudah dipersiapkan sejak tadi. "Ketuklah pintu rumahku, layaknya kamu mengetuk hatiku pertama kali,"

Dia masih saja diam, 30 menit kemudian dia baru bersuara. "Aku akan langsung melamarmu di hadapan orangtuamu," kali ini, aku yang diam seakan tidak percaya dengan ucapanya. Dia yang selama ini sangat membenci perintah, kini dia melakukan satu perintah dariku dengan kesunguhan. Mungkin tuhan telah mengetuk pintu hatinya dengan magic super.

Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari http://www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku.

Di Laut Kau Perampok, Di Darat Kau Buaya

Perampok. I couldn’t believe he’d shoot me.

Memaafkan seseorang yang sangat kita cintai merupakan sebuah kewajaran. Akan tetapi, jatuh berulangkali kepada lubang yang sama tidak membuat harga diri menjadi lebih rendah dari seekor Keledai. Tertipu, teripu, dan teripu lagi.

"Aku terlalu terbuai dengan semua omong kosongnya," ujarku dengan penyesalan saat menyadari pria yang dulu pernah tidur bersamaku kini telah mencampakanku di depan wanita barunya. Kini aku merasa tidak lebih dari seorang gadis malang, oh bukan, aku bukan gadis lagi.


Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari http://www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku