10/07/14

Sakit Tidak Terlupakan



Tema : Torn
Judul : Sakit Tidak Terlupakan

“Terima kasih untuk Anda yang sudah memberitahuku apa itu senyuman bahagia dan senyuman kekecewaan,” ujar seorang gadis yang menahan bendungan air mata saat seorang pria memutuskannya. Bukan perihal diputuskannya yang begitu saja, namun hubungan yang sudah di jalani selama lima tahun itulah yang membuat rasa sakit.

Gadis itu bernama Lira, mahasiswa tingkat dua fakultas Ilmu Komunikasi. “Dia memutuskan ku setelah aku memaafkan perselingkuhannya yang sudah ke-7 kalinya,” curhat Lira kepada sahabatnya di pojok perpustakaan.

“Pria seperti itu tak pantas kau tangisi, kau wanita baik dan hebat. Kau harusnya beruntung  Reno memutuskanmu, oh bukan memutuskan, melainkan mencampakan kamu di depan umum,” ujarnya Fhyra yang terus menguatkan hati Lira yang sedang rapuh.

Lira yang sedang tidak karuan hanya mampu menangis, menahan suara tangisan agar tidak menganggu mahasiswa lainnya. Tiba-tiba ia mengingat semua perubahan Reno sejak tiga tahun yang lalu, dimana ia pertama kali mencoba untuk berselingkuh dengan seorang janda. “Kasihan dia janda dengan anak dua, aku hanya sekedar membantu dia mengasuh anak-anaknya selagi dia kerja saja,” setidaknya itu yang dia ingat alasannya.

Dan perselingkuhan terakhir yang akhirnya mengkandaskan hubungan mereka. Reno telah meniduri seorang gadis yang usianya dua tahun dibawah Lira. Pertengkaran hebat mereka rasakan, hingga puncak-nya saat Reno mulai berani mencampakan Lira di depan umum.

Hingga beberapa bulan kemudian, Lira mendapatkan kabar bahwa wanita tersebut hamil dan Reno harus menikah dengannya. “Selamat atas penikahanmu,” bunyi SMS terakhir yang dikirimkan untuk pria yang sudah merobek hatinya hingga tidak mampu dibentuk lagi.

flash fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di facebook dan twitter @nulisbuku

Moveon yang Menyakitkan



Tema : Cinta dan Benci
Judul : Moveon yang Menyakitkan

TERBANGUN di pagi yang cerah. Hari sudah berganti, namun perasaan hati ini masih sama seperti hari kemarin. Aku benci akan perasaan yang kadang aku tidak mengerti, terutama saat seperti ini. Bangun tidur melihat hape dan tidak ada ucapan selamat pagi dari seseorang.

Masih dalam keadan lemas, aku memaksakan diri berjalan ketempat yang paling aku tidak suka. Kamar mandi. Aku memang paling malas mandi, berbeda dengan teman-teman wanita di kampusku yang selalu tampil cantik. Seingatku, aku mulai sering mandi saat berkenalan dengan seorang pria. Aku lupa siapa nama lengkapnya, tapi yang aku sering memanggilnya Alvin.

Aku berkenalan dengannya setelah berebut antrian di kantin, ia mengalah. Akhirnya kita berdua makan di meja yang samaa. Sejak saat itu, kita sering kali ngobrol di kampus. Hingga suatu hari, ada perasaan yang lain yang aku rasakan. Bodohnya lagi, apa yang dia minta seringkali aku ikuti. Ya salah satunya mandi.

Hubungan kita sudah seperti orang pacaran, hanya saja tidak ada kata jadian selama kita kenal. Aku sudah dikenalkan kepada kedua keluarga dan sahabat-sahabatnya. Begitupun sebaliknya, aku sudah mengenalkan dia ke ibu sebagai teman.

Hinga suatu saat, Alvin pernah cerita bahwa dia ingin berpacaran dengan gadis lain. Aku tersentak, selama ini aku terlalu banyak berharap. Awalnya aku hanya diam saja, mundur secara perlahan, merapihkan hati yang retak. Hingga suatu hari dia membuat aku semakin muak, dia memperlihatkan foto ciuman dengan seorang gadis yang sudah menjadi kekasihnya.

Dia gak cerita kapan jadiannya dengan gadis tersebut, setelah aku selidiki mereka sudah jadian 3 bulan. Ya, tepat dimana dia pernah berkata ingin memiliki seorang kekasih. “Sorry, gue ada kelas 5 menit lagi. Obrolan kita skip sampai disini ya. Bye,” ujarku yang mencoba menahan air mata.

Beberapa bulan aku mencoba menjauh dari dia, sedikit ada rasa benci karena seluruh sikap dia selama ini yang membuat aku berfikiran bahwa dia jatuh cinta ke aku. Namun, tidak dipungkiri rasa sayang yang lebih terhadapnya masih tersimpan jelas di memori dan hati ini.

Saat ini, dia sudah benar-benar menghilang. Hilang tanpa kabar, bahkan bodohnya aku jika berharap ada kata “Selamat Pagi” dari dia lagi.

flash fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di facebook dan twitter @nulisbuku