KOMUNITAS ICI (Inter Club Indonesia) merupakan satu dari komunitas yang dia ikuti, sekiranya ada 5 komunitas lainnya yang diikuti oleh Mony. Seperti, Institute Karate-Do Indonesia (Inkai), Komunitas Orang Panggung, Komunitas Fiksimini Bahasa Indonesia, dan Komunitas Sinema Fotografi.
Meskipun waktunya sangat tersita oleh kerja, kuliah, serta kelima komunitasnya tersebut, Mony sama sekali tidak pernah mengeluhkan kepada orang terdekatnya. Pembawaannya yang santai, membuat dia menjadi panutan bagi rekan seuisianya.
Kerap kali ditanya "Bagaimana dengan waktumu?" dengan santainya Mony selalu menjawab. "Ini waktu gue, gue yang ngatur mereka, bukan mereka yang ngatur gue," senyum dibibir manisnya selalu menhiasi wajahnya tiap menuturkan kalimat tersebut.
Mony bukan tipe anak yang banyak bicara, dia lebih senang mendengarkan oranglain. Selain itu, hobinya akan menulis dan fotografi seringkali membuat dia terpilih menjadi asisten penulis skenario dalam beberapa naskah drama yang akan dimainkan.
"Mony, lu kenapa antipati sama politik sih?" tanya salah seorang temannya yang saat itu melihat Mony memindahkan saluran televisi di basecamp anak ICI.
"Gue bukannya antipati, tapi cuman gak respek aja, hahaha. Lagian gue yakin, pasti pemilihan tahun ini akan sangat kacau, jika melihat pemberitaan dari para wartawan semenjak sebelum pemilihan," ungkapanya tanpa menoleh sedikitpun ke temannya.
"Mony, hape android sama bb elu mana?"
"Gue simpen di kosan, bikin autis tau kalo dibawa, notifnya nyerang kagak ketulungan. Haha," candanya sambil mengambil puply orange dibelakang pintu yang sedang disandarkan olehnya.
Sore yang cerah itu akhirnya memulai rapat setengah formal, setelah semua pengurus dan beberapa member hadir di basecamp. Seperti biasanya, perdebatan selalu terjadi kerap kali rapat dimulai. Antusias yang sangat tinggi serta adanya keinginan untuk memajukan komunitas yang sudah dianggap menjadi rumah kedua mereka. "Una Famiglia Inter Club Indonesia" Itulah slogan yang selalu mereka pegang teguh dalam menjaga keutuhan dari komunitas yang sudah menyatukan mereka. "Berarti rapat selanjutnya kita tinggal eksekusi ke member buat sosialisasi, biar acara Anniversario kita semakin mewah," tutup korwil.
Setelah menghabiskan waktu selama empat jam untuk berfikir, akhirnya rapat selesai dengan acara makan bersama. Liwet ala orang sunda yang sangat disukai oleh Mony, setiap mengunjungi regional di Cianjur dirinya selalu disuguhkan oleh liwet yang sangat lezat.
"Gue bikinin liwet ya, makan pake daun pisang bareng-bareng, biar kita bisa selalu kompak dan tidak ada jorok untuk sebuah kebersamaan," usul Mony sambil menyilangkan kedua tangannya diatas dada dengan senyum dibibir merah tipisnya Tanpa berfikir panjang lagi, anak-anak ICI pun langsung menyetujui ide dari Mony. Ditemani salah seorang pengurus untuk belanja masakannya, sementara yang lainnya, sedang bermain PES sambil menunggu Mony belanja.
Mony yang sangat menikmati waktu, juga merasakan sangat bahagia. Setelah seharian bersama komunitas ICI, dirinya berencana untuk pulang karenahari kian larut. Mengendarai sepeda motor matik warna biru hitam yang sudah ditungganinya dua tahun masih terlihat mulus baik dari body maupun mesinnya.
Hanya membutuhkan waktu 30 menit dengan kecepatan 40km/Jam untuk sampai kedepan pintu rumahnya. Dan saat melihat hapenya.............
Bersambung!
Meskipun waktunya sangat tersita oleh kerja, kuliah, serta kelima komunitasnya tersebut, Mony sama sekali tidak pernah mengeluhkan kepada orang terdekatnya. Pembawaannya yang santai, membuat dia menjadi panutan bagi rekan seuisianya.
Kerap kali ditanya "Bagaimana dengan waktumu?" dengan santainya Mony selalu menjawab. "Ini waktu gue, gue yang ngatur mereka, bukan mereka yang ngatur gue," senyum dibibir manisnya selalu menhiasi wajahnya tiap menuturkan kalimat tersebut.
Mony bukan tipe anak yang banyak bicara, dia lebih senang mendengarkan oranglain. Selain itu, hobinya akan menulis dan fotografi seringkali membuat dia terpilih menjadi asisten penulis skenario dalam beberapa naskah drama yang akan dimainkan.
"Mony, lu kenapa antipati sama politik sih?" tanya salah seorang temannya yang saat itu melihat Mony memindahkan saluran televisi di basecamp anak ICI.
"Gue bukannya antipati, tapi cuman gak respek aja, hahaha. Lagian gue yakin, pasti pemilihan tahun ini akan sangat kacau, jika melihat pemberitaan dari para wartawan semenjak sebelum pemilihan," ungkapanya tanpa menoleh sedikitpun ke temannya.
"Mony, hape android sama bb elu mana?"
"Gue simpen di kosan, bikin autis tau kalo dibawa, notifnya nyerang kagak ketulungan. Haha," candanya sambil mengambil puply orange dibelakang pintu yang sedang disandarkan olehnya.
Sore yang cerah itu akhirnya memulai rapat setengah formal, setelah semua pengurus dan beberapa member hadir di basecamp. Seperti biasanya, perdebatan selalu terjadi kerap kali rapat dimulai. Antusias yang sangat tinggi serta adanya keinginan untuk memajukan komunitas yang sudah dianggap menjadi rumah kedua mereka. "Una Famiglia Inter Club Indonesia" Itulah slogan yang selalu mereka pegang teguh dalam menjaga keutuhan dari komunitas yang sudah menyatukan mereka. "Berarti rapat selanjutnya kita tinggal eksekusi ke member buat sosialisasi, biar acara Anniversario kita semakin mewah," tutup korwil.
Setelah menghabiskan waktu selama empat jam untuk berfikir, akhirnya rapat selesai dengan acara makan bersama. Liwet ala orang sunda yang sangat disukai oleh Mony, setiap mengunjungi regional di Cianjur dirinya selalu disuguhkan oleh liwet yang sangat lezat.
"Gue bikinin liwet ya, makan pake daun pisang bareng-bareng, biar kita bisa selalu kompak dan tidak ada jorok untuk sebuah kebersamaan," usul Mony sambil menyilangkan kedua tangannya diatas dada dengan senyum dibibir merah tipisnya Tanpa berfikir panjang lagi, anak-anak ICI pun langsung menyetujui ide dari Mony. Ditemani salah seorang pengurus untuk belanja masakannya, sementara yang lainnya, sedang bermain PES sambil menunggu Mony belanja.
Mony yang sangat menikmati waktu, juga merasakan sangat bahagia. Setelah seharian bersama komunitas ICI, dirinya berencana untuk pulang karenahari kian larut. Mengendarai sepeda motor matik warna biru hitam yang sudah ditungganinya dua tahun masih terlihat mulus baik dari body maupun mesinnya.
Hanya membutuhkan waktu 30 menit dengan kecepatan 40km/Jam untuk sampai kedepan pintu rumahnya. Dan saat melihat hapenya.............
Bersambung!