15/10/15

(10-end) Teman Tapi Mesra?

Anton sudah pulang, hati entah kenapa terasa sangat bahagia. Ada apa dengan hati? Ada apa dengan Anton? Ada apa dengan aku? Ada apa? Ada apa sebenarnya?...

***

Pascakepulangan Anton ke Bandung, semua terasa sangat berbeda. Paras tubuhnya, sikapnya, ucapannya, cara berfikirnya, dan semua hal yang selama ini gue tahu. Ya, Anton berubah 180 derajat. Meskipun dia masih sering bercanda dan tidak luput dari para wanita.

Anton, sosok yang selama beberapa tahun gue kenal kini nampak jauh lebih dewasa. Dia lebih perhatian ke gue, bukan sebagai teman, tapi lebih dari itu! Dia memperlakukan gue seakan pasangannya, cara perhatian yang nampak berbeda, cara berfikir yang jelas berbeda juga, dia dengan lantang mengungkapkan 'jangan pernah tinggalin gue' dengan tatapan mata yang tajam.

Beberapa kali dia mengajak gue jalan, dulu kami berdua memang seringkali jalan bareng. Tapi, kalo ini ada rasa yang berbeda, Anton gak nembak gue, tapi apa yang dia lakukan bikin gue binggung dengan perasaan ini. Ada apa sebanarnya?.

Kali ini Anton mengajak gue ke Cianjur, Kebun Raya Cibodas, dia membawa mobil dengan sangat santai, beberapa kali menggengam tanggan gue, lalu sikap gue? Diam, seakan gak ingin melepaskan momen demi momen yang sangat membingungkan tersebut, tapi bikin gue bahagia. Aneh.

Hingga akhirnya gue memberanikan diri untuk bertanya. Nton, ada apa dengan kita?.

"Gak tau"

"Kok bisa?"

"Sayang, aku gak tau!!"

"Sayang?"

"Gak papa kan kalo gue manggil gitu?"

"Iya gak papa," gue gak tau kenapa sangat senang ketika dia gitu, gue juga gak tau kenapa bisa dengan santainya bilang gak papa.

"Kita jalan?" Lanjut pertanyaan gue.

"Yang, aku lagi sayang banget sama kamu. Aku gak tau ini semua dari kapan, tapi yang jelas aku gak mau kamu ninggalin aku. Ok?"

"Aku, kamu, sayang, kita, hah?" Kali ini gue seakan syok dan baru bangun dari mimpi. "Nton?"

"Apa harus aku nembak kayak ABG?"

"Gak! Gak usah. Kita jalan gini aja, gak usah ada tembak-tembakan ya, biar gak usah anniv-annivan, hehe"

"Hahahaa, iya, biar gak kerasa waktu yang kita jalanin yah. Tau-tau aku minta kamu jadii istri aku aja"

Gue diem. Hanya ada bisa tersenyum dengan wajah memerah. Ya, ternyata perasaan gue ke dia selama ini yang menganggap lebih dari teman juga sama dia rasakan. Bertahun-tahun kenal dan gak menyangka akan berakhir dikisah seperti ini.

Tiga tahun berselang, kami berdua akhirnya menikah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar