15/10/14

Tempat Paling Nyaman

Kutarik ganggang pintu berwarna kecoklatan tersebut, satu tarikan nafas panjang sebagai penguat tubuhku untuk melangkahkan kakinya ke dalam sebuah perpustakaan yang berada tepat di depan kelasku. Sebuah taman dengan kolam kecil yang menjadi pemisah jarak antara kelas yang sudah kutempati sejak kelas satu SMK.

Perpustakaan, aku paling tak suka dengan ruangan penuh debu dengan hamparan buku yang terbentang sepanjang mata. Selama tiga tahun aku sekolah, ini pertama kalinya aku berani melangkahkan kaki ke ruangan tersebut. "Sialan, kalo bukan karena pembuatan skripsi hasil prakerinku tidak ingin aku kesini selama hidupku," kelutusku dengan wajah tak bersahabat.

- satu jam kemudian -

"Ternyata tempat ini sangat gak buruk," ujarku dalam hati yang sambil asyik mencari bahan tambahan untuk skripsi. Kutarik kursi yang tak jauh darisana. Suasana hangat dan hembusan angin yang kencang membuat tubuh merasakan kenyaman yang tidak pernah dirasakan sebelumnya, meskipun banyak yang berlalu lalang dihadapanku, namun tak seorangpun berani mengucapkan kalimat bahkan sebuah kata dengan nada keras.

Setelah mendapati semua bahan yang diperlukan, aku beralih di sisi perpustakaan lainnya, ada beberapa komputer yang menjajar, tidak ada akses media sosial seperti facebook ataupun twitter yang dipasang. Semua yang diinginkan untuk informasi di internet bisa diakses dengan mudah.

"Sialan!" ujarku yang kali ini merasa menyesal tidak pernah ingin masuk ke dalam perpustakaan yang sudah canggih, bukan hanya dipedulikan soal kebutuhan buku dan informasi dari internet saja, melainkan perpustakaan sekolahnya juga sangat memperhatikan kebersihan dan kenyamanan dari ventilasi udara yang juga dibantu dengan beberapa AC yang ada di dalamnya.

"Ternyata, mencari ketenangan dengan angin yang membuat nyaman tak selalu ke taman ataupun pantai, perpustakaan sekolahku memiliki lebih dari itu," aku yang sambil bercerita dengan sumringah ke depan kawan-kawanku saat sudah di kelas.

Cerita ini diikutkan dalam tantangan menulis Kampus Fiksi #DeskripsiAngin.

08/10/14

Magic Tuhan

Pilu, Benci Memaafkan.

Sifat kasarmu selama ini telah membuat aku mulai merasa muak untuk memaafkan. Akan tetapi, hati yang terlalu lembut, selalu senantiasa memaafkan bahkan berharap lebih. "Datanglah ke orangtuaku, lalu meminta restu," tatapku kepadanya dengan penuh harap serta nafas panjang yang sudah dipersiapkan sejak tadi. "Ketuklah pintu rumahku, layaknya kamu mengetuk hatiku pertama kali,"

Dia masih saja diam, 30 menit kemudian dia baru bersuara. "Aku akan langsung melamarmu di hadapan orangtuamu," kali ini, aku yang diam seakan tidak percaya dengan ucapanya. Dia yang selama ini sangat membenci perintah, kini dia melakukan satu perintah dariku dengan kesunguhan. Mungkin tuhan telah mengetuk pintu hatinya dengan magic super.

Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari http://www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku.

Di Laut Kau Perampok, Di Darat Kau Buaya

Perampok. I couldn’t believe he’d shoot me.

Memaafkan seseorang yang sangat kita cintai merupakan sebuah kewajaran. Akan tetapi, jatuh berulangkali kepada lubang yang sama tidak membuat harga diri menjadi lebih rendah dari seekor Keledai. Tertipu, teripu, dan teripu lagi.

"Aku terlalu terbuai dengan semua omong kosongnya," ujarku dengan penyesalan saat menyadari pria yang dulu pernah tidur bersamaku kini telah mencampakanku di depan wanita barunya. Kini aku merasa tidak lebih dari seorang gadis malang, oh bukan, aku bukan gadis lagi.


Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari http://www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku

10/07/14

Sakit Tidak Terlupakan



Tema : Torn
Judul : Sakit Tidak Terlupakan

“Terima kasih untuk Anda yang sudah memberitahuku apa itu senyuman bahagia dan senyuman kekecewaan,” ujar seorang gadis yang menahan bendungan air mata saat seorang pria memutuskannya. Bukan perihal diputuskannya yang begitu saja, namun hubungan yang sudah di jalani selama lima tahun itulah yang membuat rasa sakit.

Gadis itu bernama Lira, mahasiswa tingkat dua fakultas Ilmu Komunikasi. “Dia memutuskan ku setelah aku memaafkan perselingkuhannya yang sudah ke-7 kalinya,” curhat Lira kepada sahabatnya di pojok perpustakaan.

“Pria seperti itu tak pantas kau tangisi, kau wanita baik dan hebat. Kau harusnya beruntung  Reno memutuskanmu, oh bukan memutuskan, melainkan mencampakan kamu di depan umum,” ujarnya Fhyra yang terus menguatkan hati Lira yang sedang rapuh.

Lira yang sedang tidak karuan hanya mampu menangis, menahan suara tangisan agar tidak menganggu mahasiswa lainnya. Tiba-tiba ia mengingat semua perubahan Reno sejak tiga tahun yang lalu, dimana ia pertama kali mencoba untuk berselingkuh dengan seorang janda. “Kasihan dia janda dengan anak dua, aku hanya sekedar membantu dia mengasuh anak-anaknya selagi dia kerja saja,” setidaknya itu yang dia ingat alasannya.

Dan perselingkuhan terakhir yang akhirnya mengkandaskan hubungan mereka. Reno telah meniduri seorang gadis yang usianya dua tahun dibawah Lira. Pertengkaran hebat mereka rasakan, hingga puncak-nya saat Reno mulai berani mencampakan Lira di depan umum.

Hingga beberapa bulan kemudian, Lira mendapatkan kabar bahwa wanita tersebut hamil dan Reno harus menikah dengannya. “Selamat atas penikahanmu,” bunyi SMS terakhir yang dikirimkan untuk pria yang sudah merobek hatinya hingga tidak mampu dibentuk lagi.

flash fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di facebook dan twitter @nulisbuku

Moveon yang Menyakitkan



Tema : Cinta dan Benci
Judul : Moveon yang Menyakitkan

TERBANGUN di pagi yang cerah. Hari sudah berganti, namun perasaan hati ini masih sama seperti hari kemarin. Aku benci akan perasaan yang kadang aku tidak mengerti, terutama saat seperti ini. Bangun tidur melihat hape dan tidak ada ucapan selamat pagi dari seseorang.

Masih dalam keadan lemas, aku memaksakan diri berjalan ketempat yang paling aku tidak suka. Kamar mandi. Aku memang paling malas mandi, berbeda dengan teman-teman wanita di kampusku yang selalu tampil cantik. Seingatku, aku mulai sering mandi saat berkenalan dengan seorang pria. Aku lupa siapa nama lengkapnya, tapi yang aku sering memanggilnya Alvin.

Aku berkenalan dengannya setelah berebut antrian di kantin, ia mengalah. Akhirnya kita berdua makan di meja yang samaa. Sejak saat itu, kita sering kali ngobrol di kampus. Hingga suatu hari, ada perasaan yang lain yang aku rasakan. Bodohnya lagi, apa yang dia minta seringkali aku ikuti. Ya salah satunya mandi.

Hubungan kita sudah seperti orang pacaran, hanya saja tidak ada kata jadian selama kita kenal. Aku sudah dikenalkan kepada kedua keluarga dan sahabat-sahabatnya. Begitupun sebaliknya, aku sudah mengenalkan dia ke ibu sebagai teman.

Hinga suatu saat, Alvin pernah cerita bahwa dia ingin berpacaran dengan gadis lain. Aku tersentak, selama ini aku terlalu banyak berharap. Awalnya aku hanya diam saja, mundur secara perlahan, merapihkan hati yang retak. Hingga suatu hari dia membuat aku semakin muak, dia memperlihatkan foto ciuman dengan seorang gadis yang sudah menjadi kekasihnya.

Dia gak cerita kapan jadiannya dengan gadis tersebut, setelah aku selidiki mereka sudah jadian 3 bulan. Ya, tepat dimana dia pernah berkata ingin memiliki seorang kekasih. “Sorry, gue ada kelas 5 menit lagi. Obrolan kita skip sampai disini ya. Bye,” ujarku yang mencoba menahan air mata.

Beberapa bulan aku mencoba menjauh dari dia, sedikit ada rasa benci karena seluruh sikap dia selama ini yang membuat aku berfikiran bahwa dia jatuh cinta ke aku. Namun, tidak dipungkiri rasa sayang yang lebih terhadapnya masih tersimpan jelas di memori dan hati ini.

Saat ini, dia sudah benar-benar menghilang. Hilang tanpa kabar, bahkan bodohnya aku jika berharap ada kata “Selamat Pagi” dari dia lagi.

flash fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di facebook dan twitter @nulisbuku

29/06/14

Panas Namun Menggemaskan

      KAU selalu hadir menemani hariku, meluapkan segala bentuk emosi yang ku miliki. Kau selalu hadir disaat aku membutuhkanmu, meskipun cukup membutuhkan tenaga dibahuku kerap kali aku membawamu pergi. Mata ini selalu tidak pernah lepas dari banyaknya angka dan huruf yang terletak padamu.

      Meskipun kamu menyebalkan, tapi tetap kamu yang terbaik untuk ku. Tanpamu aku tidak akan pernah bisa bekerja. Aku tau kau akhir-akhir ini mudah sekali marah, karena tingkahku yang membuatmu kesal.

      Menyalakanmu sepanjang malam, tanpa istirahat semenitpun. Yah, andaikan aku bisa memberikan kamu minum dan makan. Akan aku berikan itu semua, demi menemaniku yang masih baru akan dunia kepenulisan.
      
      Sesekali kau menjadi bahan pelampiasanku ketika otak dan tubuh ini mulai merasakan lelah yang amat sangat luar biasa.

Kamu.. iya kamu..

        Kamu yang selalu membuat aku bangkit lagi, membuka file-file yang terhadalu pernah aku simpan. Klik satu persatu file yang membuka memori di dalam otak, bahwa tanpamu, aku tidak bisa menjadi saat ini. Bahwa tanpamu, aku tidak bisa berinovasi dengan berbagai tulisan cerpen ataupun berita, tanpamu juga, aku tidak mungkin bisa melihat semua film yang sangat aku sukai.

      Kau yang mulai memanas, dan meminta istirahat, atau seringkali marah dengan caramu unikmu. Aku memang bukan teknisi handal jika harus membenarkan barang sepertimu. Tapi nampaknya, aku akan menjadi dokter untuk kesembuhan benda yang sangat hebat ini.

      Jika kau memiliki kaki, aku tau apa yang akan kau lakukan, jika kau memiliki mulut aku tau apa yang akan aku ucapkan, dan jika kau memiliki mata aku tau bagaimana ekspresimu kepadaku setiap kali aku membukamu.

      Meskipun demikian, aku tau kamu yang selalu hebat karenamu banyak orang yang awalnya tidak tahu kini menjadi tahu, kamu juga tidak mengenal tua ataupun muda, apalagi wanita atau pria.
____
Diikutsertakan pada tantangan #NarasiSemesta dari @KampusFiksi

10/06/14

Media Sosial -Part 3-

Fenomena Status Media Sosial

ANAK muda zaman sekarang terkadang lebih asyik dengan gadgetnya, fenomena yang sudah ada sejak awal abad ke-21. Jika diawal-awal hape yang hanya berfungsi menjadi alat komunikasi yang sangat penting dan langka. Saat ini, hape sudah mudah ditemukan mulai harga Rp100.000 hingga jutaan rupiah. Seakan tidak aneh lagi, jika setiap bulannya kita akan disuguhkan banyak penawaran hape dengan fitur yang lebih lengkap dan canggih dari beberapa merek ternama.

Sering kali kita mendapatkan istilah "Gadget menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh," perlu disadari atau tidak itulah yang sedang terjadi. Dengan terlalu asyik bergadget juga mampu membuat seseorang menjadi "autis" dan bahkan dalam penelitian Dr Manfaluthy Hakim, SpS (K), MS, seorang dokter saraf, menuturkan bahwa para maniak gadget yang sering menggunakan laptop, computer, memakai mouse kecil atau Bbm dapat mengalami jeratan saraf di terowongan carpal atau carpal tunnel syndrome.

Mony yang pulang seusai kegiatannya bersama salah satu komunitasnya. Saat melihat hapenya yang terletak diantara televisi 42 inchi dengan kipas angin di kamar yang berukuran 5x5 meter. "Buset deh, ini notif atau virus?" ujar Mony saat melirik ke akun whatsapp yang memiliki 10 grup, dan satu grupnya 100-700 notif. "Gue tinggal beberapa jam sudah ratusan, kalian sungguh luar biasa guys (ditambah emot kecup)" komen Mony setelah membaca satu persatu notif tersebut.

Setelah lelah dengan bercanda tawa di grup whatsapp, facebook, twitter, dan bbm. Mony berpamitan untuk tidur, dan bersiap-siap untuk kuliah dengan berbagai tugas yang sedang ia kerjakan.

Mony yang tanpa tersadar mulai terlelap diatas bantal dengan wajah yang masih menghadap kedepan laptop. Dikamar kosan Mony nampak terlelap, wajah lelahnya begitu terlihat saat LED laptop masih memancarkan cahaya ke wajah Mony.

Pukul 05.00 Wib alarm dikamar kosan kembali bedering, Mony yang sudah terbiasa mendengar suara alarm tersebut, langsung terbangun dan bersiap solat Subuh. Setelah melaksanakan solat subuh, Mony yang langsung bersiap mandi, dilanjut memasak sarapannya.

Hari yang penuh semangat dirasakan oleh Mony, ada beberapa hal yang ingin ia kerjakan dihari itu. "Hai guys, Selamat menjalankan hari yang penuh dengan gairah ini," updatenya di status twitternya. setelah scroll beberapa tweet followernya, masih seperti biasanya, 90 persen mereka 'terlihat' tidak menyukai Senin. Ada yang galau, marah-marah, sedih, dan sebagainya ketika menghadapi Senin. "Jangan salahkan hari ini guys, karena tanpa Senin kita tidak akan memulai hari" sindirnya dalam tweet lanjutannya.

Bukan Mony namanya jika tiada hari, tanpa orang yang curhat sama dia. Senin merupakan hari yang selalu Mony tunggu, bukan hanya semangat saat memulai 3 mata kuliah dengan total 7 SKS, dan pekerjaan. Tapi selalu banyak yang curhat setiap senin.
"Jadwal hari ini padat, kuliah gak ada jedanya, kalo gitu suka berasa jadi anak sekolah deh. Hahaha," candanya dalam status BBM.

Mony selalu menyeringai ketika teman-temannya mulai curhat setelah jam kuliahnya selesai, beberapa kali dia ditarik untuk dijadikan sasaran curhat. "Aku cuman punya waktu 1 jam sebelum kerja, jadi siapa duluan yang mau cerita?" tanya Mony ke tiga gadis yang berebut dari tadi. "Gue" jawab mereka kompak.

"Haha, kalo terus kayak gini waktu 1 jam gue bisa habis karena nungguin kalian debat. Gimana kalo kalian gambreng aja, siapa yang menang dia yang cerita langsung, sisanya lewat BBM aja ya?" usul Mony.

Akhirnya mereka menyetujui usulan dari Mony. Tepat satu jam, wanita yang bernama Erna cerita banyak ke Mony dengan penuh emosi. Inti dari ceritanya adalah gara-gara status di FB bersama mantan pacaranya. "Yaudah, lu jangan emosi gitu, nanti cepet tua loh. Hehe," ujar Mony yang mencoba meredupkan emosinya.

Disisi lain, kedua wanita yang sejak tadi nge-BBM terus curhat. "Hari ini yang cerita ke gue semua temanya sama, gara-gara status di media sosial hubungan kita kandas. Cuman alur ceritanya saja yang berbeda-beda," kelutusnya dalam hati.

Terkadang Mony semakin berfikiran, media sosial bisa menjadi perusak hubungan sekaligus mempersatukan hubungan, tergantung bagaimana cara memanfaatkan tekhnologi tersebut. "Status itu seperti harimau, bisa merusak atau mempersatukan kita. Sementara waktu yang gratis tapi sangat mahal harganya karena tidak akan bisa diulang meskipun satu detik. Jadi, intinya kita harus bisa memanfaatkan apa yang sudah diberikan, jika waktu dan teknologi bisa berjalan seimbang dan dijalankan dengan cara dewasa, maka semua yang menyakitkan bisa diminimalisir," update Mony dalam status Facebooknya.

"Orang yang ingin eksis, pasti selalu menuliskan status setiap detiknya. Jika di Facebook tidak akan terlihat berapa ocehannya, maka di Twitter, setiap statusnya selalu terhitung. Sangat terbayang, jika followers hanya 50, lalu dia following 1.000 orang, dan tweetnya sudah mencapai 10 ribu. Sungguh lucu dunia ini," lanjut Mony dalam status Facebooknya.


Selain itu, setiap ada kejadian seperti hujan, mati lampu, atau menonton film yang sama atau sebagainya 'mereka' selalu update. Duh hujan nih, duh mati lampu nih, duh laper, duh a, duh b, duh c, duh d, dan seterusnya. "Menjadi lebih terkesan tidak bersyukur akan apa yang sudah diberikannya, lagi pula gatel banget sih buat update status apa yang sedang terjadi," gerutu Mony dalam sebuah catatan buruk di buku khususnya.

"Terlebih lagi saat ada sebuah hubungan yang menajadi tidak harmonis lagi-lagi karena status di facebook atau tweetnya. Misalkan si A bilang ke B tidak ingin pacaran, lalu tiba-tiba beberapa hari kemudian status si A berubah menjadi pacaran di Facebook, jika ingin seperti itu si A seharusnya menghapus pertemannya terlebih dahulu ke si B biar gak ketahuan langsung, meskipun akhirnya pasti akan ketahuan, karena si B memiliki teman juga yang kenal ke si A, lalu kenapa si A begitu ceroboh? ingin eksis ataukah ingin menambah rekor kesan yang tidak baik ke si B. Tapi lebih lucu jika update status 'berdoa' di media sosial, ada beberapa statment yang ditimbulkan, pertama memang mengharapkan pujian atau sanjungan, dukungan, atau hanya sekedar eksis? karena sebenarnya jika ingin berdoa dengan serius, jangan di status media sosial, tuhan tidak akan baca status kalian tapi tuhan akan lebih menghargai doa kalian saat kalian benar-benar bersujud dihadapannya," lanjut Mony masih dalam bukunya.

"Sementara itu di Twitter, jangan menjadi followers seseorang jika memang mengharapkan di Follback oleh seseorang. Karena kita jika harus berfikiran, siapakah diri kita? apakah teman, saudara, rekan kerja, ataukah orang asing yang hanya mengharapkan sebuah kata 'follback' demi menambah followers diakun pribadinya? itulah perbedaan Facebook dan Twitter. Sementara itu, untuk akun path, instagram, whatsaap, we chat, dan line, kenapa harus bikin jika orang yang kamu kenal tidak bikin. Karena akan percuma saja, hanya lewat sms atau Bbm lagi cara berkomunikanya, jika memiliki teman yang banyak 'dikenal' mengunakan akun tersebut, maka tidak akan mubazir dan loadingnya hape akan senantiasa ditunggu," tandas Mony dalam hariannya.

............... Bersambung

27/05/14

Media Sosial - Part 2 -

KOMUNITAS ICI (Inter Club Indonesia) merupakan satu dari komunitas yang dia ikuti, sekiranya ada 5 komunitas lainnya yang diikuti oleh Mony. Seperti, Institute Karate-Do Indonesia (Inkai), Komunitas Orang Panggung, Komunitas Fiksimini Bahasa Indonesia, dan Komunitas Sinema Fotografi.

Meskipun waktunya sangat tersita oleh kerja, kuliah, serta kelima komunitasnya tersebut, Mony sama sekali tidak pernah mengeluhkan kepada orang terdekatnya. Pembawaannya yang santai, membuat dia menjadi panutan bagi rekan seuisianya.

Kerap kali ditanya "Bagaimana dengan waktumu?" dengan santainya Mony selalu menjawab. "Ini waktu gue, gue yang ngatur mereka, bukan mereka yang ngatur gue," senyum dibibir manisnya selalu menhiasi wajahnya tiap menuturkan kalimat tersebut.

Mony bukan tipe anak yang banyak bicara, dia lebih senang mendengarkan oranglain. Selain itu, hobinya akan menulis dan fotografi seringkali membuat dia terpilih menjadi asisten penulis skenario dalam beberapa naskah drama yang akan dimainkan.

"Mony, lu kenapa antipati sama politik sih?" tanya salah seorang temannya yang saat itu melihat Mony memindahkan saluran televisi di basecamp anak ICI.

"Gue bukannya antipati, tapi cuman gak respek aja, hahaha. Lagian gue yakin, pasti pemilihan tahun ini akan sangat kacau, jika melihat pemberitaan dari para wartawan semenjak sebelum pemilihan," ungkapanya tanpa menoleh sedikitpun ke temannya.

"Mony, hape android sama bb elu mana?"

"Gue simpen di kosan, bikin autis tau kalo dibawa, notifnya nyerang kagak ketulungan. Haha," candanya sambil mengambil puply orange dibelakang pintu yang sedang disandarkan olehnya.

Sore yang cerah itu akhirnya memulai rapat setengah formal, setelah semua pengurus dan beberapa member hadir di basecamp. Seperti biasanya, perdebatan selalu terjadi kerap kali rapat dimulai. Antusias yang sangat tinggi serta adanya keinginan untuk memajukan komunitas yang sudah dianggap menjadi rumah kedua mereka. "Una Famiglia Inter Club Indonesia" Itulah slogan yang selalu mereka pegang teguh dalam menjaga keutuhan dari komunitas yang sudah menyatukan mereka. "Berarti rapat selanjutnya kita tinggal eksekusi ke member buat sosialisasi, biar acara Anniversario kita semakin mewah," tutup korwil.

Setelah menghabiskan waktu selama empat jam untuk berfikir, akhirnya rapat selesai dengan acara makan bersama. Liwet ala orang sunda yang sangat disukai oleh Mony, setiap mengunjungi regional di Cianjur dirinya selalu disuguhkan oleh liwet yang sangat lezat.

"Gue bikinin liwet ya, makan pake daun pisang bareng-bareng, biar kita bisa selalu kompak dan tidak ada jorok untuk sebuah kebersamaan," usul Mony sambil menyilangkan kedua tangannya diatas dada dengan senyum dibibir merah tipisnya Tanpa berfikir panjang lagi, anak-anak ICI pun langsung menyetujui ide dari Mony. Ditemani salah seorang pengurus untuk belanja masakannya, sementara yang lainnya, sedang bermain PES sambil menunggu Mony belanja.

Mony yang sangat menikmati waktu, juga merasakan sangat bahagia. Setelah seharian bersama komunitas ICI, dirinya berencana untuk pulang karenahari kian larut. Mengendarai sepeda motor matik warna biru hitam yang sudah ditungganinya dua tahun masih terlihat mulus baik dari body maupun mesinnya.

Hanya membutuhkan waktu 30 menit dengan kecepatan 40km/Jam untuk sampai kedepan pintu rumahnya. Dan saat melihat hapenya.............

Bersambung!

31/03/14

Media Sosial - Part 1 -

SEORANG gadis berlari ditengah malam, dirinya nampak tergesah-gesah menuju rumah kosan tempat dimana ia biasa merebahkan tubuhnya yang sudah lelah. Saat itu, waktu sudah menujukan perpindahan hari, lingkaran jam munggil di lengan kurusnya sering kali dilirik tiap lima detik sekali.

Hidup di kota jantungnya Indonesia, dimana para petinggi negeri yang mengoperasikan untuk kemajuan bangsa demi kesejahteraannya. Tahun 2014, merupakan sebuah tahun demokrasi. Ribuan kursi mulai dari tingkat DPRD hingga DPRI sedang diperebutkan 9 April mendatang. Tepat pukul 01.00 Wib, dirinya sampai di dalam kamar kosan yang berkuran 5x5 meter.

Laptop yang berada diatas kasur segera dia buka. Ya, gadis itu menunggu pesan balasan dari e-mail yang tempo hari pernah dikirimkan ke salah satu perusahaan penerbangan ternama yang ada di Bandara Soekarno Hatta. "Sial, masih aja belum dapet balasan," kelutusnya dalam benak yang tidak bisa diutarakan.

Gadis berambut lurus, hitam, dan panjang tersebut saat ini bekerja sebagai salah seorang call centre di perusahaan yang beroperasi selama 24 jam. Memiliki nama lengkap, Harmony Topazia atau lebih akrab disapa Mony

"Negeri para bedebah, apa gunanya demokrasi? jika yang semakin kaya dan yang miskin semakin terpuruk akan kemiskinannya?" Mony yang terlihat geram saat melihat beberapa 12 parpol sedang bersaing dan berlomba-lomba merebut hati rakyat melalui iklan yang selalu ada disetiap selinggan acara.

Mony gadis berusia 20 tahun, bukan hanya kerja melainkan juga kuliah di salah satu universitas ternama di Jakarta, mengambil jurusan Ilmu Sastra Indonesia, karena memiliki cita-cita untuk menjadi seorang sejarahwan akan perkembangan pendidikan dan struktur kata Bahasa Indonesia dalam pengucapan sehari-hari.

Tidak heran, sudah ratusan cerpen juga dikeluarkan oleh Mony dan diterbitkan ke beberapa percetakan koran dan majalah baik lokal maupun nasional. Jika sudah mulai suntuk dan tidak memiliki bahan untuk tulisan, pelarian ke media sosial seperti Facebook, Twitter, BBM, Whatsapp, Telegram, Path, dan Instagram sering kali membuat dirinya menjadi terlihat autis jika bersama teman-temannya.

Karena sudah seringkali menjadi bahan ejekan, maka Mpny memutuskan untuk menyimpan semua gadgetnya di rumah kecuali hape standar untuk SMS dan telepon. Ya, disinilah kita itu dimulai ...

Tersambung ke internet, Mony mampu menghabiskan waktu selama berjam-jam untuk browsing. Mulai referensi kuliner masakan, fashion update, gadget terbaru, gosip selebritis, dan lain sebagainya. Klik login, username, password. Twitter dengan akun @penamony ada 100 pemberitahuan sejak pagi, satu persatu mention followernya di replay, dengan gaya kocak serta hangat dalam mengobrol merupakan salah satu kepribadian Mony yang sangat disukai oleh semua kawannya.

Dibandingkan media sosial yang lain, Mony lebih nyaman berkomunikasi lewat twitter. Hanya sesekali dirinya membuka akun sosial yang lain.

Asyik bermain twitter, tidak terasa waktu adzan subuh terdengar nyaring di kamar kosan Mony yang berdekatan dengan masjid. "Mumpung hari ini gue off kerja, dan kuliah juga libur, jadi gue pamit solat dan tidur ya, sampai ketemu nanti siang di user yang sama" tweet Mony dan langsung logout.

Setelah logout, hal pertama yang dilakukan Mony adalah cek jadwal hari itu. "Yes, janji sama anak-anak komunitas ICI nanti sore, jadi gue bisa beres-beres rumah habis solat, tidur, masak, mandi, dan berangkat deh," celoteh Mony sambil menuliskan rangkaian kegiatan dibuku saku miliknya.

________ bersambung

Mereka Yang Sudah Tiada

Dulu, saat aku kehilangan orang yang disayang, beliau ada disamping kanan ku, tangan kirinya merangkul pundak ku yang saat itu lemah tak bertenaga. Lalu, tangan kanan beliau menghapuskan air mata yang terus mengalir. Bibirnya hanya tersenyum memandang wajah yang saat itu aku hanya bertatap kedepan dengan tatapan kosong, ya.. aku tau beliau tidak ingin aku bersedih saat itu, rangkulan hangatnya mencoba menyadarkan aku bahwa semua cepat atau lambat akan dirasakan oleh semua orang.

"Nangislah sekarang, habiskan semua air mata kesedihan Nik. Biar suatu saat nanti Nik tidak nangis lagi," akhirnya lontaran dari kata beliau terucap dengan lembut.

Saat itu, gadis berusia 18 tahun hanya mampu membisu, air mata yang tidak diinginkan keluar, tiba-tiba saja mengalir dengan derasnya tanpa perintah logika. "Ini adil gak sih pa?" akhirnya kalimat pertama aku hari itu terdengar.

Beliau sejenak diam dan aku merasakan sebuah kekakuan yang terasa. Tangan kanannya berubah menjadi memeluk aku dengan sangat kencang, pelukan hangat yang dirasakan, pelukan kerinduan seorang ayah, pelukan yang seakan-akan ingin terus melindungi. "Kamu, masih punya saya. Saya bisa jadi Ayah kamu,"

Saat itu aku tidak bisa berfikir jernih, yang aku lakukan hanya balik memeluk dan air mata kembali mengalir dengan derasnya.(*)

13/01/14

Jadikanlah ia Menjadi Imamku



Jadikan Dia Menjadi Imam Aku
@penanida

“Hai, Naila? Minggu ini tidak ada acarakana? Jika tidak ada aku sangat berharap agar kamu datang ke pernikahan aku,” sebuah pesan dari sahabat Naila saat waktu SMA.

Dengan senyuman tipis dibibirnya, Naila bergumam “Ya Allah, temanku sudah ada yang menikah lagi. Lalu bagaimana denganku?” tidak lama kemudian, Naila yang membalas SMS tersebut yang mengatakan akan hadir jika Allah tidak memberikan rencana yang lain, maka dia akan datang dengan sangat bahagia.

Lalu, sebuah SMS mengejutkan datang dari orang yang sama. “Perkenalkanlah, pria hebat yang ada di hatimu. Ajaklah dia bersamamu untuk datang di pernikahanku tersebut,”

“Hehe, saya masih belum memiliki pasangan. Akan saya ajak adik sepupu saya untuk menghadiri dipernihan kamu yah,” jawab Naila dengan emoticon tersenyuml lebar.

Tuhan maha mengetahui apa yang terbaik, hingga usia aku yang saat ini beranjak ke angka 25 masih belum diberikannya sosok seorang pria, agar menjadikan aku sebagai makmum dalam sholat dan menjadi ibu bagi anak-anaknya.

Aku hanya diberikan kesempatan untuk taaruf dengan beberapa pria semenjak lulus kuliah, tepatnya dua tahun yang lalu, belum lama ini Tuhan kembali ambil calon imamku. “Dzikir, doa ,dan ikhtiar selalu ku lakukan dan hanya dengan ketulasan hati kulakukan hal tersebut hanya kepada Allah. Namun, hingga kini masih belum diberikan seorang jodoh,” Curhat Naila Adzkia, dalam renungan doanya selepas sholat magrib.

Nadia memiliki rentetan cerita cinta, yang cukup menyedihkan. Terakhir dia bertaaruf dengan seorang pria biasa, kurang memahani agama, namun selalu berusaha untuk tidak meninggalkan sholat. Pria tersebut bernama Syarif, beberapa bulan sebelum kedua memutuskan untuk ada ikatan secara syah, namun sebuah tragedy menyedihkan dialami. Yah, Syarif meninggal dunia dikarenakan sebuah tabrakan maut yang terjadi di jalan tol.

Kini hanya tinggal kenangan dan hanya sebuah nisan yang mampu dilihatnya kerap kali Naila rindu akan sosoknya. “Tuhan, berikan pria yang lebih baik untuk calonku. Jika engkau tidak memberikan pria yang lebih baik dari Syarif maka janganlah engkau berikan sosok yang kurang dari dia,” menarik nafas dalam doa yang dipanjatkan. “Aku ingin segera menikah, hingga kapan aku selalu sendiri? Sementara rekan seusiaku sudah bahagia dengan keluarga kecilnya, saya mulai merindukan sosok bayi kecil dengan seorang suami yang shaleh, untuk membimbing keluargaku menjadi keluarga yang selamat di dunia dan akhirat,” tetetasan air mata mulai mengalir di pipinya.

“Saya akan selalu berupaya untuk menjaga hijab ini, bahkan semua tutur kata yang selalu saya ucapakan akan selalu jaga dengan benteng yang kuat sesuai dengan ketentuan dalam Al-Quran dan Hadits mu. Kini hanya satu pengharapanku yaitu membina keluarga dengan adanya calon imam yang baik dan selalu ingat denganmu,” tutup Naila dalam doanya.

Hari-hari yang dilakuai Nadia tetap seperti biasanya, menjadi seorang guru di Madrasah Ibtidaiyah yang tidak jauh dari rumahnya, dan mengajarkan anak-anak kurang mampu di taman bacaaan terbuka yang letaknya di tengah taman kota.

Hingga pada suatu hari, ada seorang pria jangkung dengan aura yang mampu membuat orang tersebut merasakan kenyamanan. “Masyaallah, pria ini wajahnya sangat bercahaya. Tuhan, berikanlah aku jodoh seorang pria dengan hati dan aura seperti pria tersebut. Sesungguhnya hanyalah engkau yang maha mengetahui dan hanya engkaulah yang mampu membolak balikan hati manusia,”

12/01/14

Manusia Mesin

Mereka yang masih merengek meminta segalanya kepada orangtua, tanpa memikirkan keadaan yang sedang dialami oleh keluarganya terkadang membuat miris hati. "Gue kasian sama anak itu," hanya itu ujarku dalam hati setiap kali melihat pola seorang gadis remaja seusiaku.

Bukan karena gue iri, melainkan gue tau perihnya mencari selembar uang untuk makan seperti apa. Meskipun gue masih 19 tahun,tapi menurut gue ini usia yang sudah cukup untuk beranjak menjadi dewasa seutuhnya. Bukan, lagi mendapatkan gelar dewasa muda apalagi remaja.

Bersikap lebih dewasa dibandingkan rekan seusia, terkadang kita hanya akan mendapatkan dua opsi. yaitu dipuji dan disegani atau di caci karena sikap yang dinilai kolot. What ever, so ini yang namanya hidup!

Jangan pernah malu untuk menjadi beda, jangan pernah takut untuk memanjakan dirikamu dengan menjadi diri sendiri. Akan tetapi, kita harus tetap membuka mata dan telinga agar tetap fokus akan apa yang kita kerjakan.

Ketika bergabung dengan teman se-usiaku yang masih dihuapan oleh orangtuanya, aku terkadang ingin sekali ikut memanjakannya. Entahlah, aku sangat suka memanjakan oranglain dan tidak suka membuat oranglain bersedih. Ketika aku berada dititik yang sangat bawah, aku akan sangat sulit untuk merangkak naik, aku sangat sulit untuk membalikan keadaan seperti semula dan sebaliknya mereka yang dulu mengagumiku, hanya akan mampu mencaci akan sikap yang tidak baik.

Moody, yah.. mungkin itu aku saat ini. Jangankan memahami oranglain, memahami diri sendiri saja terkadang masih sangat sulit untuk menajdi lebih fokus akan sebuah keadaan. "Otak gue habis" kata-kata yang selalu gur lontarkan kepada Redpel, ketika sudah kehilanagn konsentrasi dan perasaan semangat menulis menjadi hilang dikarenakan kelelahan.

Gimana tidak, dari lapangan langsung ke kantor untuk menulis beberapa jam. Konsentrasi dan tenaga sudah sangat habis, aku rasa aku tidak perlu menceritakannya, dikarenakan bagi mereka yang pernah menjalankan profesi sepertiku pasti tau.

Tapi, setiap manusia memiliki kisahnya masing-masing. Untuk masalah itu, hanya aku dan tuhanku yang tau..

09/01/14

Jakarta #3-Habis


TINGGAL hitungan bulan lagi aku bersekolah, sangat tidak terasa hampir tiga tahun aku tidak pulang di desa dan masih menjadi anak perantau di kota Jakarta. Kini sebelum menjelang Ujian Nasional aku semakin khawatir, apakah aku akan lulus atau malah sebaliknya.

Sebuah rasa takut yang selalu menyelimutiku, aku ingin membuktikan keberhasilan dengan menjadi siswa teladan dengan segudang prestasi tanpa bantuan orangtua sama sekali, aku ingin membuktikan kepada keluaraga dan orang-orang di desa bahwa aku mampu mewujudkan mimpi yang aku miliki menjadi sebuah kenyataan.

Terkadang ada rasa marah ketika aku mulai kangen kepada keluarga di desa, namun bukan marah kepada diriku sendiri yang memutuskan untuk pergi ke Jakarta, namun rasa marah mengapa tidak ada yang mencariku selama tiga tahun ini. “Apakah mereka benar-benar membenciku?,” sebuah pertanyaan yang selalu aku lemparkan kepada fikiranku sendiri.

**

Hari ini adalah hari penentuanku lulus atau tidaknya dari sekolah yang sudah memberikanku banyak kenangan, berbagai warna tentang kehidupan sudah ku pelajari, namun aku masih anak berusia 17 tahun yang terkadang bingung akan diriku sendiri.

Dengan bertukar fikiran dengan orang yang lebih dewasa membuatku semakin sadar akan keputusan yang tidak bisa diambil sendiri dengan satu sudut pandang, “Segala sesuatu harus terus dipertimbangkan dengan melihat dari berbagai sudut, sehingga tidak ada rasa penyesalan yang nantinya kamu ambil,” tutur sobat terbaikku, Toni.

Sebuah surat yang menyatakan bahwa aku LULUS adalah hal terindah yang pernah aku dapatkan, meskipun aku pernah mengalami hal ini ketika duduk di SD dan SMP, tapi kali ini sangat berbeda. Aku berjuang seorang diri tanpa bantuan dari keluarga.


“Toni, aku lulus,” teriakku sambil melompat ke tubuh Toni hingga jatuh. Hanya senyum hasnya yang Toni berikan kepada diriku, tanpa ada ucapan selamat atau sebuah hadiah yang dia berikan kepadaku.

Dengan sedikit heran aku bertanya, ada apa Toni? Apakah kamu tidak bahagia melihat aku bahagia. Toni hanya menatapku tajam tanpa bersuara. “Kenapa?” terus tanyaku tanpa henti, hingga akhirnya Toni berkata.

“Kamu harus pulang ke Desa, tiga tahun kamu tidak memberikan kabar ke orangtua ataupun keluarga kamu, apakah kamu tidak kangen dengan mereka?,” ucapnya dengan nada yang sanagt lembut.
Saat itu aku tidak mampu berkat apa-apa selain menangis, namun Toni terus menatap aku dengan sangat tajam. Tatapan yang tidak pernah dia keluarkan sebelumnya, Toni biasanya selalu menatapku dengan hangat dan kasih sayang, namun kali ini sangat berbeda.

“Kenapa kamu menangis? Pulang lah, aku antar kamu ke Desa, berikan kabar bahagia ini kepada mereka,” ucap Toni sambil memegang lenganku dengan sangat erat.

Aku tertunduk, bingung sama apa yang harus dilakukan, disatu sisi aku sangat merindukan keluargaku di desa, di satu sisi aku masih sangat marah karena tidak ada yang mencariku. Aku mungkin terkesan egois tapi itu yang aku rasakan.

“Akan aku lamar kamu dihadapan keluargamu, dengan begitu kamu akan semakin aman berada di Jakarta,” papar Toni yang berhasil membuatku tersontak.

Dengan wajah yang penuh air mata aku berkata, apakah kamu serius dengan ucapanmu? Selama ini kita tidak pernah pacaran, kita hanya berteman dan apa alasanmu berkata seperti itu? Selain itu, kamu tahu bahwa aku bukan orang menengah atas seperti keluargamu.

Sambil memelukku, Toni berkata dengan hangatnya. “Aku mencintaimu sejak awal kita bertemu, selama ini aku tidak pernah menembakmu sebagai pacarku, karena aku tidak ingin pacaran dan selama ini tanpa kamu sadari aku sudah ta’aruf dengan dirimu. Dengan begitu aku yakin bahwa kamu adalah wanita yang sangat spesial,” (*)