Fenomena Status Media Sosial
ANAK muda zaman sekarang terkadang lebih asyik dengan gadgetnya, fenomena yang sudah ada sejak awal abad ke-21. Jika diawal-awal hape yang hanya berfungsi menjadi alat komunikasi yang sangat penting dan langka. Saat ini, hape sudah mudah ditemukan mulai harga Rp100.000 hingga jutaan rupiah. Seakan tidak aneh lagi, jika setiap bulannya kita akan disuguhkan banyak penawaran hape dengan fitur yang lebih lengkap dan canggih dari beberapa merek ternama.
Sering kali kita mendapatkan istilah "Gadget menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh," perlu disadari atau tidak itulah yang sedang terjadi. Dengan terlalu asyik bergadget juga mampu membuat seseorang menjadi "autis" dan bahkan dalam penelitian Dr Manfaluthy Hakim, SpS (K), MS, seorang dokter saraf, menuturkan bahwa para maniak gadget yang sering menggunakan laptop, computer, memakai mouse kecil atau Bbm dapat mengalami jeratan saraf di terowongan carpal atau carpal tunnel syndrome.
Mony yang pulang seusai kegiatannya bersama salah satu komunitasnya. Saat melihat hapenya yang terletak diantara televisi 42 inchi dengan kipas angin di kamar yang berukuran 5x5 meter. "Buset deh, ini notif atau virus?" ujar Mony saat melirik ke akun whatsapp yang memiliki 10 grup, dan satu grupnya 100-700 notif. "Gue tinggal beberapa jam sudah ratusan, kalian sungguh luar biasa guys (ditambah emot kecup)" komen Mony setelah membaca satu persatu notif tersebut.
Setelah lelah dengan bercanda tawa di grup whatsapp, facebook, twitter, dan bbm. Mony berpamitan untuk tidur, dan bersiap-siap untuk kuliah dengan berbagai tugas yang sedang ia kerjakan.
Mony yang tanpa tersadar mulai terlelap diatas bantal dengan wajah yang masih menghadap kedepan laptop. Dikamar kosan Mony nampak terlelap, wajah lelahnya begitu terlihat saat LED laptop masih memancarkan cahaya ke wajah Mony.
Pukul 05.00 Wib alarm dikamar kosan kembali bedering, Mony yang sudah terbiasa mendengar suara alarm tersebut, langsung terbangun dan bersiap solat Subuh. Setelah melaksanakan solat subuh, Mony yang langsung bersiap mandi, dilanjut memasak sarapannya.
Hari yang penuh semangat dirasakan oleh Mony, ada beberapa hal yang ingin ia kerjakan dihari itu. "Hai guys, Selamat menjalankan hari yang penuh dengan gairah ini," updatenya di status twitternya. setelah scroll beberapa tweet followernya, masih seperti biasanya, 90 persen mereka 'terlihat' tidak menyukai Senin. Ada yang galau, marah-marah, sedih, dan sebagainya ketika menghadapi Senin. "Jangan salahkan hari ini guys, karena tanpa Senin kita tidak akan memulai hari" sindirnya dalam tweet lanjutannya.
Bukan Mony namanya jika tiada hari, tanpa orang yang curhat sama dia. Senin merupakan hari yang selalu Mony tunggu, bukan hanya semangat saat memulai 3 mata kuliah dengan total 7 SKS, dan pekerjaan. Tapi selalu banyak yang curhat setiap senin.
"Jadwal hari ini padat, kuliah gak ada jedanya, kalo gitu suka berasa jadi anak sekolah deh. Hahaha," candanya dalam status BBM.
Mony selalu menyeringai ketika teman-temannya mulai curhat setelah jam kuliahnya selesai, beberapa kali dia ditarik untuk dijadikan sasaran curhat. "Aku cuman punya waktu 1 jam sebelum kerja, jadi siapa duluan yang mau cerita?" tanya Mony ke tiga gadis yang berebut dari tadi. "Gue" jawab mereka kompak.
"Haha, kalo terus kayak gini waktu 1 jam gue bisa habis karena nungguin kalian debat. Gimana kalo kalian gambreng aja, siapa yang menang dia yang cerita langsung, sisanya lewat BBM aja ya?" usul Mony.
Akhirnya mereka menyetujui usulan dari Mony. Tepat satu jam, wanita yang bernama Erna cerita banyak ke Mony dengan penuh emosi. Inti dari ceritanya adalah gara-gara status di FB bersama mantan pacaranya. "Yaudah, lu jangan emosi gitu, nanti cepet tua loh. Hehe," ujar Mony yang mencoba meredupkan emosinya.
Disisi lain, kedua wanita yang sejak tadi nge-BBM terus curhat. "Hari ini yang cerita ke gue semua temanya sama, gara-gara status di media sosial hubungan kita kandas. Cuman alur ceritanya saja yang berbeda-beda," kelutusnya dalam hati.
Terkadang Mony semakin berfikiran, media sosial bisa menjadi perusak hubungan sekaligus mempersatukan hubungan, tergantung bagaimana cara memanfaatkan tekhnologi tersebut. "Status itu seperti harimau, bisa merusak atau mempersatukan kita. Sementara waktu yang gratis tapi sangat mahal harganya karena tidak akan bisa diulang meskipun satu detik. Jadi, intinya kita harus bisa memanfaatkan apa yang sudah diberikan, jika waktu dan teknologi bisa berjalan seimbang dan dijalankan dengan cara dewasa, maka semua yang menyakitkan bisa diminimalisir," update Mony dalam status Facebooknya.
"Orang yang ingin eksis, pasti selalu menuliskan status setiap detiknya. Jika di Facebook tidak akan terlihat berapa ocehannya, maka di Twitter, setiap statusnya selalu terhitung. Sangat terbayang, jika followers hanya 50, lalu dia following 1.000 orang, dan tweetnya sudah mencapai 10 ribu. Sungguh lucu dunia ini," lanjut Mony dalam status Facebooknya.
Selain itu, setiap ada kejadian seperti hujan, mati lampu, atau menonton film yang sama atau sebagainya 'mereka' selalu update. Duh hujan nih, duh mati lampu nih, duh laper, duh a, duh b, duh c, duh d, dan seterusnya. "Menjadi lebih terkesan tidak bersyukur akan apa yang sudah diberikannya, lagi pula gatel banget sih buat update status apa yang sedang terjadi," gerutu Mony dalam sebuah catatan buruk di buku khususnya.
"Terlebih lagi saat ada sebuah hubungan yang menajadi tidak harmonis lagi-lagi karena status di facebook atau tweetnya. Misalkan si A bilang ke B tidak ingin pacaran, lalu tiba-tiba beberapa hari kemudian status si A berubah menjadi pacaran di Facebook, jika ingin seperti itu si A seharusnya menghapus pertemannya terlebih dahulu ke si B biar gak ketahuan langsung, meskipun akhirnya pasti akan ketahuan, karena si B memiliki teman juga yang kenal ke si A, lalu kenapa si A begitu ceroboh? ingin eksis ataukah ingin menambah rekor kesan yang tidak baik ke si B. Tapi lebih lucu jika update status 'berdoa' di media sosial, ada beberapa statment yang ditimbulkan, pertama memang mengharapkan pujian atau sanjungan, dukungan, atau hanya sekedar eksis? karena sebenarnya jika ingin berdoa dengan serius, jangan di status media sosial, tuhan tidak akan baca status kalian tapi tuhan akan lebih menghargai doa kalian saat kalian benar-benar bersujud dihadapannya," lanjut Mony masih dalam bukunya.
"Sementara itu di Twitter, jangan menjadi followers seseorang jika memang mengharapkan di Follback oleh seseorang. Karena kita jika harus berfikiran, siapakah diri kita? apakah teman, saudara, rekan kerja, ataukah orang asing yang hanya mengharapkan sebuah kata 'follback' demi menambah followers diakun pribadinya? itulah perbedaan Facebook dan Twitter. Sementara itu, untuk akun path, instagram, whatsaap, we chat, dan line, kenapa harus bikin jika orang yang kamu kenal tidak bikin. Karena akan percuma saja, hanya lewat sms atau Bbm lagi cara berkomunikanya, jika memiliki teman yang banyak 'dikenal' mengunakan akun tersebut, maka tidak akan mubazir dan loadingnya hape akan senantiasa ditunggu," tandas Mony dalam hariannya.
............... Bersambung
ANAK muda zaman sekarang terkadang lebih asyik dengan gadgetnya, fenomena yang sudah ada sejak awal abad ke-21. Jika diawal-awal hape yang hanya berfungsi menjadi alat komunikasi yang sangat penting dan langka. Saat ini, hape sudah mudah ditemukan mulai harga Rp100.000 hingga jutaan rupiah. Seakan tidak aneh lagi, jika setiap bulannya kita akan disuguhkan banyak penawaran hape dengan fitur yang lebih lengkap dan canggih dari beberapa merek ternama.
Sering kali kita mendapatkan istilah "Gadget menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh," perlu disadari atau tidak itulah yang sedang terjadi. Dengan terlalu asyik bergadget juga mampu membuat seseorang menjadi "autis" dan bahkan dalam penelitian Dr Manfaluthy Hakim, SpS (K), MS, seorang dokter saraf, menuturkan bahwa para maniak gadget yang sering menggunakan laptop, computer, memakai mouse kecil atau Bbm dapat mengalami jeratan saraf di terowongan carpal atau carpal tunnel syndrome.
Mony yang pulang seusai kegiatannya bersama salah satu komunitasnya. Saat melihat hapenya yang terletak diantara televisi 42 inchi dengan kipas angin di kamar yang berukuran 5x5 meter. "Buset deh, ini notif atau virus?" ujar Mony saat melirik ke akun whatsapp yang memiliki 10 grup, dan satu grupnya 100-700 notif. "Gue tinggal beberapa jam sudah ratusan, kalian sungguh luar biasa guys (ditambah emot kecup)" komen Mony setelah membaca satu persatu notif tersebut.
Setelah lelah dengan bercanda tawa di grup whatsapp, facebook, twitter, dan bbm. Mony berpamitan untuk tidur, dan bersiap-siap untuk kuliah dengan berbagai tugas yang sedang ia kerjakan.
Mony yang tanpa tersadar mulai terlelap diatas bantal dengan wajah yang masih menghadap kedepan laptop. Dikamar kosan Mony nampak terlelap, wajah lelahnya begitu terlihat saat LED laptop masih memancarkan cahaya ke wajah Mony.
Pukul 05.00 Wib alarm dikamar kosan kembali bedering, Mony yang sudah terbiasa mendengar suara alarm tersebut, langsung terbangun dan bersiap solat Subuh. Setelah melaksanakan solat subuh, Mony yang langsung bersiap mandi, dilanjut memasak sarapannya.
Hari yang penuh semangat dirasakan oleh Mony, ada beberapa hal yang ingin ia kerjakan dihari itu. "Hai guys, Selamat menjalankan hari yang penuh dengan gairah ini," updatenya di status twitternya. setelah scroll beberapa tweet followernya, masih seperti biasanya, 90 persen mereka 'terlihat' tidak menyukai Senin. Ada yang galau, marah-marah, sedih, dan sebagainya ketika menghadapi Senin. "Jangan salahkan hari ini guys, karena tanpa Senin kita tidak akan memulai hari" sindirnya dalam tweet lanjutannya.
Bukan Mony namanya jika tiada hari, tanpa orang yang curhat sama dia. Senin merupakan hari yang selalu Mony tunggu, bukan hanya semangat saat memulai 3 mata kuliah dengan total 7 SKS, dan pekerjaan. Tapi selalu banyak yang curhat setiap senin.
"Jadwal hari ini padat, kuliah gak ada jedanya, kalo gitu suka berasa jadi anak sekolah deh. Hahaha," candanya dalam status BBM.
Mony selalu menyeringai ketika teman-temannya mulai curhat setelah jam kuliahnya selesai, beberapa kali dia ditarik untuk dijadikan sasaran curhat. "Aku cuman punya waktu 1 jam sebelum kerja, jadi siapa duluan yang mau cerita?" tanya Mony ke tiga gadis yang berebut dari tadi. "Gue" jawab mereka kompak.
"Haha, kalo terus kayak gini waktu 1 jam gue bisa habis karena nungguin kalian debat. Gimana kalo kalian gambreng aja, siapa yang menang dia yang cerita langsung, sisanya lewat BBM aja ya?" usul Mony.
Akhirnya mereka menyetujui usulan dari Mony. Tepat satu jam, wanita yang bernama Erna cerita banyak ke Mony dengan penuh emosi. Inti dari ceritanya adalah gara-gara status di FB bersama mantan pacaranya. "Yaudah, lu jangan emosi gitu, nanti cepet tua loh. Hehe," ujar Mony yang mencoba meredupkan emosinya.
Disisi lain, kedua wanita yang sejak tadi nge-BBM terus curhat. "Hari ini yang cerita ke gue semua temanya sama, gara-gara status di media sosial hubungan kita kandas. Cuman alur ceritanya saja yang berbeda-beda," kelutusnya dalam hati.
Terkadang Mony semakin berfikiran, media sosial bisa menjadi perusak hubungan sekaligus mempersatukan hubungan, tergantung bagaimana cara memanfaatkan tekhnologi tersebut. "Status itu seperti harimau, bisa merusak atau mempersatukan kita. Sementara waktu yang gratis tapi sangat mahal harganya karena tidak akan bisa diulang meskipun satu detik. Jadi, intinya kita harus bisa memanfaatkan apa yang sudah diberikan, jika waktu dan teknologi bisa berjalan seimbang dan dijalankan dengan cara dewasa, maka semua yang menyakitkan bisa diminimalisir," update Mony dalam status Facebooknya.
"Orang yang ingin eksis, pasti selalu menuliskan status setiap detiknya. Jika di Facebook tidak akan terlihat berapa ocehannya, maka di Twitter, setiap statusnya selalu terhitung. Sangat terbayang, jika followers hanya 50, lalu dia following 1.000 orang, dan tweetnya sudah mencapai 10 ribu. Sungguh lucu dunia ini," lanjut Mony dalam status Facebooknya.
Selain itu, setiap ada kejadian seperti hujan, mati lampu, atau menonton film yang sama atau sebagainya 'mereka' selalu update. Duh hujan nih, duh mati lampu nih, duh laper, duh a, duh b, duh c, duh d, dan seterusnya. "Menjadi lebih terkesan tidak bersyukur akan apa yang sudah diberikannya, lagi pula gatel banget sih buat update status apa yang sedang terjadi," gerutu Mony dalam sebuah catatan buruk di buku khususnya.
"Terlebih lagi saat ada sebuah hubungan yang menajadi tidak harmonis lagi-lagi karena status di facebook atau tweetnya. Misalkan si A bilang ke B tidak ingin pacaran, lalu tiba-tiba beberapa hari kemudian status si A berubah menjadi pacaran di Facebook, jika ingin seperti itu si A seharusnya menghapus pertemannya terlebih dahulu ke si B biar gak ketahuan langsung, meskipun akhirnya pasti akan ketahuan, karena si B memiliki teman juga yang kenal ke si A, lalu kenapa si A begitu ceroboh? ingin eksis ataukah ingin menambah rekor kesan yang tidak baik ke si B. Tapi lebih lucu jika update status 'berdoa' di media sosial, ada beberapa statment yang ditimbulkan, pertama memang mengharapkan pujian atau sanjungan, dukungan, atau hanya sekedar eksis? karena sebenarnya jika ingin berdoa dengan serius, jangan di status media sosial, tuhan tidak akan baca status kalian tapi tuhan akan lebih menghargai doa kalian saat kalian benar-benar bersujud dihadapannya," lanjut Mony masih dalam bukunya.
"Sementara itu di Twitter, jangan menjadi followers seseorang jika memang mengharapkan di Follback oleh seseorang. Karena kita jika harus berfikiran, siapakah diri kita? apakah teman, saudara, rekan kerja, ataukah orang asing yang hanya mengharapkan sebuah kata 'follback' demi menambah followers diakun pribadinya? itulah perbedaan Facebook dan Twitter. Sementara itu, untuk akun path, instagram, whatsaap, we chat, dan line, kenapa harus bikin jika orang yang kamu kenal tidak bikin. Karena akan percuma saja, hanya lewat sms atau Bbm lagi cara berkomunikanya, jika memiliki teman yang banyak 'dikenal' mengunakan akun tersebut, maka tidak akan mubazir dan loadingnya hape akan senantiasa ditunggu," tandas Mony dalam hariannya.
............... Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar