Kutarik ganggang pintu berwarna kecoklatan tersebut, satu tarikan nafas panjang sebagai penguat tubuhku untuk melangkahkan kakinya ke dalam sebuah perpustakaan yang berada tepat di depan kelasku. Sebuah taman dengan kolam kecil yang menjadi pemisah jarak antara kelas yang sudah kutempati sejak kelas satu SMK.
Perpustakaan, aku paling tak suka dengan ruangan penuh debu dengan hamparan buku yang terbentang sepanjang mata. Selama tiga tahun aku sekolah, ini pertama kalinya aku berani melangkahkan kaki ke ruangan tersebut. "Sialan, kalo bukan karena pembuatan skripsi hasil prakerinku tidak ingin aku kesini selama hidupku," kelutusku dengan wajah tak bersahabat.
- satu jam kemudian -
"Ternyata tempat ini sangat gak buruk," ujarku dalam hati yang sambil asyik mencari bahan tambahan untuk skripsi. Kutarik kursi yang tak jauh darisana. Suasana hangat dan hembusan angin yang kencang membuat tubuh merasakan kenyaman yang tidak pernah dirasakan sebelumnya, meskipun banyak yang berlalu lalang dihadapanku, namun tak seorangpun berani mengucapkan kalimat bahkan sebuah kata dengan nada keras.
Setelah mendapati semua bahan yang diperlukan, aku beralih di sisi perpustakaan lainnya, ada beberapa komputer yang menjajar, tidak ada akses media sosial seperti facebook ataupun twitter yang dipasang. Semua yang diinginkan untuk informasi di internet bisa diakses dengan mudah.
"Sialan!" ujarku yang kali ini merasa menyesal tidak pernah ingin masuk ke dalam perpustakaan yang sudah canggih, bukan hanya dipedulikan soal kebutuhan buku dan informasi dari internet saja, melainkan perpustakaan sekolahnya juga sangat memperhatikan kebersihan dan kenyamanan dari ventilasi udara yang juga dibantu dengan beberapa AC yang ada di dalamnya.
"Ternyata, mencari ketenangan dengan angin yang membuat nyaman tak selalu ke taman ataupun pantai, perpustakaan sekolahku memiliki lebih dari itu," aku yang sambil bercerita dengan sumringah ke depan kawan-kawanku saat sudah di kelas.
Cerita ini diikutkan dalam tantangan menulis Kampus Fiksi #DeskripsiAngin.
Perpustakaan, aku paling tak suka dengan ruangan penuh debu dengan hamparan buku yang terbentang sepanjang mata. Selama tiga tahun aku sekolah, ini pertama kalinya aku berani melangkahkan kaki ke ruangan tersebut. "Sialan, kalo bukan karena pembuatan skripsi hasil prakerinku tidak ingin aku kesini selama hidupku," kelutusku dengan wajah tak bersahabat.
- satu jam kemudian -
"Ternyata tempat ini sangat gak buruk," ujarku dalam hati yang sambil asyik mencari bahan tambahan untuk skripsi. Kutarik kursi yang tak jauh darisana. Suasana hangat dan hembusan angin yang kencang membuat tubuh merasakan kenyaman yang tidak pernah dirasakan sebelumnya, meskipun banyak yang berlalu lalang dihadapanku, namun tak seorangpun berani mengucapkan kalimat bahkan sebuah kata dengan nada keras.
Setelah mendapati semua bahan yang diperlukan, aku beralih di sisi perpustakaan lainnya, ada beberapa komputer yang menjajar, tidak ada akses media sosial seperti facebook ataupun twitter yang dipasang. Semua yang diinginkan untuk informasi di internet bisa diakses dengan mudah.
"Sialan!" ujarku yang kali ini merasa menyesal tidak pernah ingin masuk ke dalam perpustakaan yang sudah canggih, bukan hanya dipedulikan soal kebutuhan buku dan informasi dari internet saja, melainkan perpustakaan sekolahnya juga sangat memperhatikan kebersihan dan kenyamanan dari ventilasi udara yang juga dibantu dengan beberapa AC yang ada di dalamnya.
"Ternyata, mencari ketenangan dengan angin yang membuat nyaman tak selalu ke taman ataupun pantai, perpustakaan sekolahku memiliki lebih dari itu," aku yang sambil bercerita dengan sumringah ke depan kawan-kawanku saat sudah di kelas.
Cerita ini diikutkan dalam tantangan menulis Kampus Fiksi #DeskripsiAngin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar