13/01/14

Jadikanlah ia Menjadi Imamku



Jadikan Dia Menjadi Imam Aku
@penanida

“Hai, Naila? Minggu ini tidak ada acarakana? Jika tidak ada aku sangat berharap agar kamu datang ke pernikahan aku,” sebuah pesan dari sahabat Naila saat waktu SMA.

Dengan senyuman tipis dibibirnya, Naila bergumam “Ya Allah, temanku sudah ada yang menikah lagi. Lalu bagaimana denganku?” tidak lama kemudian, Naila yang membalas SMS tersebut yang mengatakan akan hadir jika Allah tidak memberikan rencana yang lain, maka dia akan datang dengan sangat bahagia.

Lalu, sebuah SMS mengejutkan datang dari orang yang sama. “Perkenalkanlah, pria hebat yang ada di hatimu. Ajaklah dia bersamamu untuk datang di pernikahanku tersebut,”

“Hehe, saya masih belum memiliki pasangan. Akan saya ajak adik sepupu saya untuk menghadiri dipernihan kamu yah,” jawab Naila dengan emoticon tersenyuml lebar.

Tuhan maha mengetahui apa yang terbaik, hingga usia aku yang saat ini beranjak ke angka 25 masih belum diberikannya sosok seorang pria, agar menjadikan aku sebagai makmum dalam sholat dan menjadi ibu bagi anak-anaknya.

Aku hanya diberikan kesempatan untuk taaruf dengan beberapa pria semenjak lulus kuliah, tepatnya dua tahun yang lalu, belum lama ini Tuhan kembali ambil calon imamku. “Dzikir, doa ,dan ikhtiar selalu ku lakukan dan hanya dengan ketulasan hati kulakukan hal tersebut hanya kepada Allah. Namun, hingga kini masih belum diberikan seorang jodoh,” Curhat Naila Adzkia, dalam renungan doanya selepas sholat magrib.

Nadia memiliki rentetan cerita cinta, yang cukup menyedihkan. Terakhir dia bertaaruf dengan seorang pria biasa, kurang memahani agama, namun selalu berusaha untuk tidak meninggalkan sholat. Pria tersebut bernama Syarif, beberapa bulan sebelum kedua memutuskan untuk ada ikatan secara syah, namun sebuah tragedy menyedihkan dialami. Yah, Syarif meninggal dunia dikarenakan sebuah tabrakan maut yang terjadi di jalan tol.

Kini hanya tinggal kenangan dan hanya sebuah nisan yang mampu dilihatnya kerap kali Naila rindu akan sosoknya. “Tuhan, berikan pria yang lebih baik untuk calonku. Jika engkau tidak memberikan pria yang lebih baik dari Syarif maka janganlah engkau berikan sosok yang kurang dari dia,” menarik nafas dalam doa yang dipanjatkan. “Aku ingin segera menikah, hingga kapan aku selalu sendiri? Sementara rekan seusiaku sudah bahagia dengan keluarga kecilnya, saya mulai merindukan sosok bayi kecil dengan seorang suami yang shaleh, untuk membimbing keluargaku menjadi keluarga yang selamat di dunia dan akhirat,” tetetasan air mata mulai mengalir di pipinya.

“Saya akan selalu berupaya untuk menjaga hijab ini, bahkan semua tutur kata yang selalu saya ucapakan akan selalu jaga dengan benteng yang kuat sesuai dengan ketentuan dalam Al-Quran dan Hadits mu. Kini hanya satu pengharapanku yaitu membina keluarga dengan adanya calon imam yang baik dan selalu ingat denganmu,” tutup Naila dalam doanya.

Hari-hari yang dilakuai Nadia tetap seperti biasanya, menjadi seorang guru di Madrasah Ibtidaiyah yang tidak jauh dari rumahnya, dan mengajarkan anak-anak kurang mampu di taman bacaaan terbuka yang letaknya di tengah taman kota.

Hingga pada suatu hari, ada seorang pria jangkung dengan aura yang mampu membuat orang tersebut merasakan kenyamanan. “Masyaallah, pria ini wajahnya sangat bercahaya. Tuhan, berikanlah aku jodoh seorang pria dengan hati dan aura seperti pria tersebut. Sesungguhnya hanyalah engkau yang maha mengetahui dan hanya engkaulah yang mampu membolak balikan hati manusia,”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar