17/10/13

Mengejar Mimpi

net
 MENJALANI sebuah pekerjaan yang tanpa henti dan tidak mengenal waktu, merupakan salah satu pilihan pekerjaan yang cukup ekstrem untuk dilalui oleh seorang wanita. Namun, hidup selalu ada yang pilih dan selalu ada resiko dibalik pilihan tersebut. Wanita dewasa akan mempertangung jawabkan segala resiko pekerjaan yang akan dipilihnya, meskipun pekerjaan yang dilakoninya lebih cocok untuk seorang pria.

Menjadi seorang jurnalis, sebuah pekerjaan yang harus siap selama 24 jam. Jeli dan senstif akan keadaan disekelilingnya, mampu mengemas sesuatu yang biasa menjadi luar biasa tanpa mengubah fakta yang ada dilapangan. Pekerjaan yang sering kali dianggap miring oleh sebagian orang, namun berangkat dari rasa penasaran tersebutlah yang membuat Nike semakin penasaran untuk menjalaninya.

"Bagaimana liputanmu hari ini?" tanya seseorang yang tepat berada di depan Nike dengan porsi tubuh yang lebih tinggi dan kekar darinya. Dia adalah atasannya yang menjabat sebagai Redaktur di salah satu halaman media Cetak harian umum lokal Solo.

"Sama seperti biasanya pak, saya sudah menyelesaikan naskah saya. Bisakah saya pamit untuk pulang?" tanya wanita dengan gaya cassualnya yang terkesan buru-buru. Akhir-akhir ini Nike selalu pulang lebih cepat dari biasanya, tidak ada basa basi atau hanya sekedar membagi cerita dengan kawan seprofesinya di kantin kantor. Hal tersebut dikarenakan dia ingin lebih banyak menghabiskan waktunya bersama teman lama ataupun adiknya yang masih duduk di bangku sekolah kelas tiga SMPN 1 Solo. "Ya, jangan lupa untuk datang ke acara rapat bersama Dewan Pers di Solo, kamu perwakilan dari kantor," tandas Redaktur tersebut sambil berlalu pergi. 

Sebenarnya, Nike sangat tidak menyukai pekerjaan yang satu ini. Karena banyak hal yang harus dirinya korbankan, meskipun belum memiliki suami namun Nike merasa waktunya di habiskan untuk  orang lain sementara dirinya harus merelakan orangtua serta adiknya ditinggalkan demi tugas, terutama jika dikirimkan untukpenyelidikan investigasi yang benar-benar menjaga identitasnya dengan sedemikan mungkin. Meskipun Nike sangat menyukai menulis namun dirinya sudah merasa jenuh menjalan pekerjaan seorang Jurnalis yang sudah di laluinya selama tiga tahun.

"Apa ini saatnya gue berhenti, meneruskan impian gueyang tertunda yaitu membuat usaha sambil menulis novel atau cerpen tanpa harus ditekan dengan deadline dari perusahaan? Namun, terkadang perkerjaan ini seperti pembantu detektif, memecahkan kasus dan share dengan semua orang se-Solo,"gumam Nike dalam hati sambil mengendari motor bebeknya menuju ke Rumah.

Satu bulan sebelum dirinya mengajukan surat pengunduran diri,Nike diangkat menjadi seorang asisten Redaktur karena kualitas berita dan gaya bahasa yang selalu minim edit bahkan tanpa di edit oleh redaktur. Meskipun demikian, Nike tetap menjalankan tugas liputannya dengan kuota berita yang sedikit berkurang dari sebelumnya.

net
Setelah difikirkan dengan matang, semenjak dirinya diangkat menjadi assisten redaktur maka Nike memutuskan untuk resign dengan cara baik-baik dari perusahaanya. Namun, tetap membantu di jajaran redaktur melalui via e-mail dengan wartawan yang bersangkutan, kebetulan selama menjadi assisten redaktur, Nike hanya ditugaskan untuk mengedit berita satu halaman pendidikan oleh salah satu wartawan baru. Sehingga untuk peliputan dan sebagainya bisa langsung ditangangi oleh Nike. Hal tersebut dia lakukan hingga adanya penganti ataupun ada instruksi khusus dari pimpinan redaksi atau redaktur pelaksana.

Jika merindukan rekan lama saat masih di kantor, tidak akan segan untuk datang kembali, meskipun hanya sekedar bercerita di kantin. Dua tahun berlalu sejak Nike resign, banyak hal yang di alami. Memanfaatkan link yang sudah dia miliki selama menjadi seorang wartawan, ditunjang dengan otak yang cerdas dan keberanian dalam mengungkapkan pendapat, baik itu nyambung atau tidak.

Dua novel yang sudah di tulis sebelum masuk keduniaa Jurnalis, berhasil di edit kembali oleh Nike dan sama sekali tidak ada perubahan dari editor percetakan tersebut, bahkan mengancungkan jempol karena mengunakan bahasa yang selalu konsisten dan benar megunjukan detil karakter si penulis melalui tokoh yang dimainkan. Sementara untuk design cover dua novel tersebut diserahkan sepenuhnya kepada Nike, maka kemampuan dirinya untuk bermain photoshop dan corel benar-benar ditunjukan ketika mendapatkan kesempatan seperti itu. Banyak penghargaan yang berhasil disabet oleh Nike selama satu tahun dirinya serius menggarap Novelnya hingga best seller, dalam  waktu dua tahun dirinya berkarir maka namanya semakin meruncing sebagai seorang penulis terbaik yang dimiliki Indonesia asal Solo.

Setelah kulianya selesai, Nike semakin banyak yang mengundang untuk mengisi seminar menulis di sekolah hingga jenjang unversitas, hal tersebut sangat disyukuri dengan sedikit bekal tiga tahun yang dimilikinya sebagai seorang wartawan dan dua tahun menjadi seorang penulis komersil. Ditambah dengan para sahabat dan keluarga yang selalu mendukung kegiatannya membuatnya semakin percaya diri dalam mengisi seminar tersebut.Hingga suatu ketika, salah seorang wartawan muda menghampirinya untuk wawancara dan menyebutkan medianya, Nike yang menyambut dengan hangat dan seakan kembali kedirinya saat pertama kali menjadi seorang wartawan dengan lugu dan semangat yang mengebu-gebu. "Tadi siapa nama kamu?" tanya Nike dengan ramah, "Saya Syifa mba, saya masih magang mohon bantuannya," jawab wartawan muda itu sambil tersenyum manis.(nida)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar