“Cukup!! Gue cape berantem terus sama lo gak pernah ada ujungnya tau gak? lagian harus sampai kapan kita kayak gini terus?,” ucap Nadia sambil menahan air mata di suatu pagi. Mendengar ucapan Nadia, Nanda pun pergi tanpa sepatah kata lagi yang langsung meningalkan Nadia seorang diri. Sementara anak-anak By-querz, Band yang terpopuler di sekolah. Merasa terkejut mendengar sang bassis yang menyerah begitu aja.
Karisma yang dimiliki Nanda memang mampu membuat para siswi menjerit histeris, selain Nanda ada By-querz. Sebuah band yang mampu membuat warga sekolah Standing applous, personilnya ada lima orang. Tio di vokal dan gitar atau anak By-quers sering menyebutnya dengan OM, Nadia yang sering di panggil Cunenk di Bass, Chie di keybord, Rico di Drum, dan Axell di gitar. “Cun, lo gak kenapa-kenapa kan?” tanya rico yang khawatir melihat Nadia yang tidak biasanya. “Udah lah, gue gak papa kok. Mending kita kekantin aja yuk,” ajak Nadia dengan senyuman yang terlihat di paksakan.
istimewa.net |
Kurang lebih dua minggu tidak terdengar suara ribut Nadia dan Nanda disekolah, sampai akhirnya mereka dipertemukan dalam satu kelompok oleh Bp.Sutardi dalam pelajaran Bahasa Indonesia. ”Gue gak mau satu kelompok sama cewek jadi-jadian,” tolak nanda dengan cepat.
”Emangnya siapa yang mau satu kelompok sama cowok yang sok ganteng kayak lo?,” jawab Nadia. Seakan tak aneh melihat kejadian tersebut Bp.Sutardi hanya tersenyum melihat wajah Nanda dan Nadia yang terlihat konyol saat protes. ”Selamat bekerja ya,” ucap pak Sutardi menutup kelasnya.
Bel pulang pun terdengar, para murid lainnya dengan semangat untuk bersiap pulang hingga kelas sepi Nadia dan Nanda masih saja anteng duduk dibangku mereka. ”Nan, lo cari bahan-bahannya dan lusa kasih ke gue, biar gue yang nyusun,” ucap Nadia dengan sangat badmood tanpa menoleh ke arah cowok yang paling ia benci tanpa sedikit pun.
Sesampainya dirumah, Nadia langsung menjatuhkan tubuhnya kearah sofa yang sangat empuk. ”Kok baru pulang?,” tanya Rahsya sang kakak yang saat keluar dari dapur. ”Gak kenapa-napa kok, nah elo tumben ada di dapur? Biasanya paling males ke dapur?”, ledek Nadia.
“Dasar lo, dari pada bahas yang gak penting mending anterin gue,” Ajak Rahsya. “Kemana? lagian tumben banget loe ajak gue keluar, udah ngomong aja apa mau lo?,” tebak Nadia. Sambil tersenyum Rahsya ngaku kalo mau di anterin ke sebuah tempat, Bandung. Namun Nadia baru menyadari arah yang mereka tuju adalah Bandung, setelah melewati puncak.
“Kak, ini bukannya jalan mau ke Bandung?” tanya Nadia yang terheran-heran saat menyadari arah yang sudah tak asing lagi. “Emang iya, kita ngebolang ke Bandung de, makanya lo tadi gue suruh ganti baju, kalo lo masuk angin kan repot ke guenya” ucap Rahsya yang ngeles. Di perjalanan hujanpun turun mengguyur mereka, terpaksa mereka harus berteduh sejenak dan saat mereka melanjutkan perjalan Nadia sempat marah ke Rahsya. ”De ngak asik lo biasanya juga semangat kalo gue ajak ngebolang, kok jadi ngambek kaya gini?,”
“kakak juga yang aneh! gak bilang dari awal, kalo tau dari awal gue bisa ngebatalin jadwal latihan, anak-anak pada nungu gue tuh mana gue ngak bawa handphone,”
“Sory deh, nih dari hp kakak aja telepon mereka dan bilang aja ini ajakan ngedadak dari kakak dan lo lupa bawa hp.”
“Rese loe.” ucap nadia sambil mengambil hp kakaknya. Merekapun melanjutkan perjalalan dan dengan sedikit candaan Rahsya ke Nadia yang sedang tidak bagus moodnya. Ke Bandung tanpa belanja rasanya kurang lengkap, itulah prinsip dua kakak beradik ini. ”kak laper nih,” keluh Nadia.
“Mau makan di mana?,” tanya Rahsya.
“Disana!,” tunjuk Nadia kesalah satu tempat emperan yang menjual makanan faforit mereka, Mie Ayam. “Tunggu apalagi, ayo kita ke Sana!” ajak Rahsya. Sangkin asiknya mereka berbolang mereka sampai lupa waktu dan jam udah menunjukan pukul sebelas malam, saat sesampainya dirumah papah langsung memarahi Rahsya dan Nadia yang saat itu papah sudah bertenger didepan pintu selama dua jam menunggu mereka. ”Pah, kita udah cape dan ngantuk banget kalo mau marah ntar pagi aja.” sela rahsya sebelum papahnya memulai pembicaraan, Rahsya berjalan sambil menarik tangan Nadia menuju kamar.
“Nadia.. Rahsya... bangun, udah pagi, ntar telat kesekolahnya,” panggil mamah dari luar kamar mereka masing-masing, yang kebetulan kamar mereka memang saling berhadapan.
Nadia yang sudah hampir telat masuk sekolah langsung berlari sekencang mungkin mengejar pintu gerbang yang hampir tertutup, sedangkan Rahsya dengan sangat santai berjalan menuju kampusnya, karena kuliah Rahsya masuk pukul delapan, Saat sampai dikelas Nadia langsung menuju tempat duduk yang paling pojok, padahal Nadia terkenal paling anti duduk dibelakang.
Tapi pagi itu Nadia entah kenapa pengen menyendiri duduk dibelakang. Selama belajar Nadia tak berkicau sedikitpun kecuali disuruh guru untuk maju dan menjelaskan. Pukul dua belas tepat bel pulang pun terdengar nyaring, anak-anak By-querz menghampiri Nadia dikelasnya bermaksud mengajak latihan karena kemarin batal. “Sory guys, gue gak bisa,” jawab Nadia dengan suara paraunya.
“Cun, lo sakit?,” tanya Rico yang sedikit khawatir.
“Engak, Cuman gak enak badan aja! udah ya gue pulang dulu,” pamit Nadia.
Saat di gerbang, kepala Nadia terasa pusing. Nadia yang sudah tak tahan menahan sakit langsung menelepon Rahsya minta jemput, Dua puluh menit kemudian Rahsya datang dengan santainya dan saat lihat muka Nadia yang pucat Rahsya langsung merasa bersalah. “Kenapa gak bilang kalo lo sakit? gue kan jadinya bisa cepat-cepat,” tandasnya.(nida)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar