18/10/13

Dan Bila Aku Pergi - Zaman ketiga

DISAAT ketiga orang tersebut sedang merasakan bahagia, Aku harus terbaring lemah di atas ranjang denagn muka pucat pasi, badan lemas, dan seakan kepala ada yang menindihkan karena tidak mampu bangkit walay hanya sekedar duduk.

ilustrasi.net
Barun kali itu kondisi Aku benar-benar drop, bahkan untuk menjawab sahutan dari pekerja rumah, mba minah. Yang setiap paginya selalu rajin membangunkan sekolah tidak mampu. Tiga kali mba Minah manggil dan tanpa sahutan sama sekali, biasanya. Mba Minah langsung masuk dan menyiram Aku, bagi yang pertama kali mendengar pasti aneh, tapi itu sudah menjadi perintah dari Nyokap. Oh, iya. Aku tidak akan menyebut dirinya pembantu, karena itu terlalu kasar untuk orang sebaiknya.

Ketika mba Minah masuk, mba Minah tidak menyiramku. Panik, itulah yang diperlihatkannya ketika melihat kondisi Aku yang cukup menghawatirkan. “Mas, kerumah sakit ya, mba telepon nenk Luna atau mas Axell?,” ujarnya dengan nada panik. Agak sedikit tersengal-sengal, tapi Aku mencoba untuk berbicara agar mba Minah tidak menelpon siapa-siapa, dan mencoba menyakinkan dengan meminum obat dan sedikit istirahat semua akan baik lagi.

Hari itu, tepatnya Sabtu aku tidak masuk sekolah, dan waktunya rapat rutin dengan anak-anak Osis. Aku sama sekali tidak memberikan kabar ke Axell atau anak Osis lainya. “Semoga Axell bisa handell rapat tanpa aku pinta,” ujarku dalam hati.

Axell, seorang teman yang sangat care dengan temannya. Terbukti dari kehadiran dirinya yang datang ke rumah. “Harry, lo sakit?,” tanyanya. Seperti jelangkung, datang tak undang pulang tak diantar. Seperti yang tadi Aku ucapin, Axell sudah seperti saudara sendiri, dia sudah deket banget sama keluarga Aku. Masuk ke rumah Aku pun sudah seperti masuk ke rumah sendiri.

“Cuman kecapean, lo tadi handell rapat gak?,” Tanya gue yang sebenarnya mengalihkan pembicaraan biar dia tidak terlalu nyelek-nyelek sama kondisi Aku. Dan bisa dibayangkan wajah konyolnya datang, “Ya iyalah, kalo lo gak dating kan biasanya gue yang handell,” Hemp, kurang lebih satu minggu Aku gak hadir di sekolah. Mony merasa gelisah, begitu kata Axell. Sampai Axell pun mengajak mereka untuk datang menjenguk Aku, “Harry sakit,” tanya Mony dengan ekspresi lebay nya.

Sabtu ke-2 Aku gak mimpin rapat Osis, Axell bagaikan pahlawan super yang siap memimpin rapat. Dua jam rapat selesai, walau sebenarnya harus empat hingga lima jam dalam memimpin rapat Osis, mengingat Sabtu itu adalah Sabtu terakhir. Seakan tidak sabar, Mony dan Janney sudah menunggu di parkiran. Satu motor ditunggangi tiga orang.

Singkat cerita mereka sudah di rumah, Mony dan Aku di saung dekat kolam renang, sedangkan Janney dan Axell mereka memisahkan diri di ujung kolam renang yang ada pemancar air.
Tidak seperti Axell dan Janney yang telihat asik mengobrol, Aku dan mony lebih cenderung diam. Bukan salting (salah tingkah), tapi aku bingung apa yang harus dibicarakan.(nida)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar