DISAAT ketiga
orang tersebut sedang merasakan bahagia, Aku harus terbaring lemah di atas
ranjang denagn muka pucat pasi, badan lemas, dan seakan kepala ada yang
menindihkan karena tidak mampu bangkit walay hanya sekedar duduk.
ilustrasi.net |
Barun kali itu
kondisi Aku benar-benar drop, bahkan untuk menjawab sahutan dari pekerja rumah,
mba minah. Yang setiap paginya selalu rajin membangunkan sekolah tidak mampu. Tiga kali mba
Minah manggil dan tanpa sahutan sama sekali, biasanya. Mba Minah langsung masuk
dan menyiram Aku, bagi yang pertama kali mendengar pasti aneh, tapi itu sudah
menjadi perintah dari Nyokap. Oh, iya. Aku tidak akan menyebut dirinya
pembantu, karena itu terlalu kasar untuk orang sebaiknya.
Ketika mba Minah
masuk, mba Minah tidak menyiramku. Panik, itulah yang diperlihatkannya ketika
melihat kondisi Aku yang cukup menghawatirkan. “Mas, kerumah sakit ya, mba
telepon nenk Luna atau mas Axell?,” ujarnya dengan nada panik. Agak sedikit tersengal-sengal,
tapi Aku mencoba untuk berbicara agar mba Minah tidak menelpon siapa-siapa, dan
mencoba menyakinkan dengan meminum obat dan sedikit istirahat semua akan baik
lagi.
Hari itu,
tepatnya Sabtu aku tidak masuk sekolah, dan waktunya rapat rutin dengan
anak-anak Osis. Aku sama sekali tidak memberikan kabar ke Axell atau anak Osis
lainya. “Semoga Axell bisa handell rapat tanpa aku pinta,” ujarku dalam hati.
Axell, seorang
teman yang sangat care dengan
temannya. Terbukti dari kehadiran dirinya yang datang ke rumah. “Harry, lo
sakit?,” tanyanya. Seperti jelangkung, datang tak undang pulang tak diantar.
Seperti yang tadi Aku ucapin, Axell sudah seperti saudara sendiri, dia sudah
deket banget sama keluarga Aku. Masuk ke rumah Aku pun sudah seperti masuk ke
rumah sendiri.
“Cuman kecapean,
lo tadi handell rapat gak?,” Tanya gue yang sebenarnya mengalihkan pembicaraan
biar dia tidak terlalu nyelek-nyelek sama kondisi Aku. Dan bisa dibayangkan
wajah konyolnya datang, “Ya iyalah, kalo lo gak dating kan biasanya gue yang
handell,” Hemp, kurang lebih satu minggu Aku gak hadir
di sekolah. Mony merasa gelisah, begitu kata Axell. Sampai Axell pun mengajak
mereka untuk datang menjenguk Aku, “Harry sakit,” tanya Mony dengan ekspresi
lebay nya.
Sabtu ke-2 Aku
gak mimpin rapat Osis, Axell bagaikan pahlawan super yang siap memimpin rapat. Dua
jam rapat selesai, walau sebenarnya harus empat hingga lima jam dalam memimpin
rapat Osis, mengingat Sabtu itu adalah Sabtu terakhir. Seakan tidak
sabar, Mony dan Janney sudah menunggu di parkiran. Satu motor ditunggangi tiga
orang.
Singkat cerita
mereka sudah di rumah, Mony dan Aku di saung dekat kolam renang, sedangkan
Janney dan Axell mereka memisahkan diri di ujung kolam renang yang ada pemancar
air.
Tidak seperti Axell
dan Janney yang telihat asik mengobrol, Aku dan mony lebih cenderung diam.
Bukan salting (salah tingkah), tapi aku bingung apa yang harus dibicarakan.(nida)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar