Penulis Cerpen/Nida Khairiyyah |
SEPANJANG perjalanan pulang, entah kenapa Nanda firasatnya langsung tidak enak meski sebisa mungkin ia minimalisir dengan mengalihkan perhatiannya terhadap bahan-bahan makalah yang harus dia cari. Sampai waktu menunjukan waktu jam makan malam Nanda tak keluar juga dari kamar dan akhirnya sang mama harus memaksa Nanda untuk makan. “Ma, aku masih kenyang... Entar kalo udah laper juga ke bawah,” tolak Nanda.
“Kata mba kamu tadi juga belum makan siang dan gak keluar kamar, kenyang dari mana?,” tanya mamanya yang cukup khawatir mengingat Nanda mempunyai penyakit maggh. “Ma, aku lagi sibuk ngerjain tugas, ntar kalo udah beres baru makan. Mama kaya gak kenal Nanda aja,” bantahnya lagi.
“Kalo penyakit maggh kamu kambuh gimana?,” tanya mama yang semakin khawatir. “Tinggal minum obat aja. Udah ah ma Nanda ngerjain tugas dulu,” ujarnya. Setelah mamanya turun Nanda langsung meminum obat maghnya karena sudah merasa gak tahan dengan sakitnya. Beberapa menit kemudian mama Nanada datang dengan membawa makan serta buah-buahan.
Keesokan harinya Nadia ternyata gak sekolah dan Nanda mau ngak mau harus menelepon Nadia buat konfirmasi tentang tugasnya. “Ya udah lo dateng aja ke rumah gue,” Nadia pun memberikan alamat rumahnya sedetail-detailnya.
“Lengkap banget, kayak gue orang mana aja,” cetus Nanda. “Kan biar lo gak nyasar. Hehe,” jawabnya dengan bercanda. “Lo kata itu lucu! Gue langsung kesana sekarang ya,” ujarnya. “OK, gue tunggu,” pungkas Nadia.
Setelah telepon tertutup entah kenapa hati Nanda dan Nadia ngerasa senang banget dan seakan sudah tak asing lagi dengan alamatnya. Sementara itu Rahsya kakak Nadia langsung masuk ke kamar adiknya dengan membawa cemilan kesukaan Nadia.
“Buat gue kak?,” tanya Nadia. “Iya. Tapi gue ikut tidur ya,” tawarnya. “Kamar lo kenapa?,” timbalnya heran. “Bosen aja. Sekali-kali tidur di kamar lo boleh kan,” jawabnya singkat. “Tapi lo jangan ganggu gue sama temen gue,” ujar Nadia memberikan syarat. Rahsya pun mengacungkan jempolnya sambil tiduran di kasur Nadia.
Saat sudah di depan gerbang Nanda merasa sudah gak asing lagi sama rumah itu. Ting..tong... suara bel terdengar dan Nadia langsung berjalan menghampiri Nanda. ”Nad ini rumah lo?,” tanya Nanda. “Bukan, ini rumah ortu gue,” jawabnya. “Ini rumah Rahsya juga?,” tanya nanda lagi. “Pastinya orang Rahsya kakak gue. BTW kita mau ngobrol aja nih?,” paparnya. “Ah enggak, gue cuma mau kasih flashdisk ini nama filenya double dan jangan buka yang lain,” tegasnya.
Nadia heran. “Emang kenapa?,” “Because it’s my document very-very secret you know,” tegas Nanda lagi. “Haha, so ngomong bahas Ingris lo. Nilai pas KKM juga, ” jawab Nadia. “De ajak temennya masuk,” suara mama Nadia dari dalam. “Udah terlanjur keliatan sama mama mendingan masuk. Kalo mau sekalian ngobrol bareng kak Rahsya,” tawar Nadia.
“OK. Boleh juga,” ucap Nanda menyetujui. Merekapun melangkah masuk ke rumah Nadia dan menuju ruang tamu. BTW, lo kenal Rahsya dimana?,” tanya Nadia yang masih penasaran. “Kita satu perguruan karate dan gue sering kok main ke sini. Tapi gue gak pernah ngeliat lo ada di rumah,” jelasnya.
“Sekarang Rahsya masih suka latihan karate?,” tanya Nadia dengan suara yang cukup kecewa. “Jangan bilang lo gak tau Rahsya suka latihan karate?,” Nanda heran. “Sebenarnya Rahsya udah dilarang latihan karate lagi sama Bo-nyok, dia juga udah berjanji ngak bakal latihan. Tapi kok gue malah cerita yang macem-macem ya sama lo? Lo langsung aja ya ke kamarnya gue sekalian ngebangunin dia di kamar gue,” tuturnya.
“Rahsya tidur di kamar lo?,” tanya Nanda. “Iya. Eh, jangan berfikiran yang macem-macem dulu. kamar gue bukan kamar 100% cewe. Penasaran?,” tanya Nadia saat sudah sampai di depan kamarnya. “Boleh. Tapi apa gak apa-apa temen cowok main ke kamar cewek?,” tanya Nanda. “Kan ada Rahsya. asal lo gak ada niat buruk aja sama gue,” tegas Nadia.
Nanda yang mendengar ucapan Nadia langsung merasa penasaran dan sesampainya di depan kamar, jantung Nanda langsug berebar tak karuan. Nad, ini kamar lo?,” tanya Nanda yang masih gak percaya. Tadi gue bilang kan kamar gue bukan kamar cewe 100%. Dan terbukti kan,” jelas Nadia sambil membuka laptopnya.
*****
“Nan, gimana? Lo setuju gak kalo konsepnya gue bikin kayak gini?,” tanya Nadia saat sudah menyelesaikan tugas kelompok mereka. Tapi tak ada jawaban dari Nanda sama sekali. Saat Nadia nengok, eh ternyata mereka udah gak ada di kamar. ”ih! Kemana sih mereka keluar gak bilang-bilang?” gerutu Nadia yang mulai kesel. “Ras, gue kira adek lu anak manja. Tapi kalo diliat dari bentuk kamarnya kayaknya dia bukan tipe anak manja. Sifatnya kayak gimana sih sebenernya?,” tanya Nanda sambil cengengesan saat sedang mengambil minum di dapur.
“Kalo kata gue ade gue itu sifatnya berubah-ubah. Kadang feminim, kadang tomboy! Tapi seringnya sih tomboy dan feminimnya kalo ke sekolah. Wih dandanannya super diperhatikan. Tapi kalo di rumah liat sendiri kan tadi super cuek, padahal tau kalo lo mau kesini. Tapi kalo dibilang anak manja enggak juga,” cerita Rahsya.
Nadia yang udah mulai kesel nunggu mereka di kamar langsung turun dan menghampiri mereka. ”Nan tugas udah selesai,” ucap Nadia mengagetkan suasana yang sedang hening. Nanda terus memandangi Nadia dengan penuh tanda tanya. Kenapa lo liat gue kayak gitu?,” tanya Nadia yang ternyata sudah mulai risih.
”Tugasnya udah disimpen lagi di flasdisk? Biar gue yang print,” ucap Nanda dengan sedikit salting. ”Udah tapi gue lagi asik ngeliat dokumen dari flashdisk yang lo kasih tadi,” jawab Nadia sambil tersenyum puas.
Nanda yang mukanya langsung memerah langsung mengejar Nadia ke kamar. Tapi yang terjadi, mereka malah saling ledek. Dari situlah mereka mulai berteman sangat akrab. Nad, By-Querz kekurangan personil gak?,” tanya Nanda sambil mengambil salah satu bass milik Nadia. Iya sih, kita lagi nyari pemain pemain gitar. Lo mau daftar?,” tantang Nadia ke Nanda saat Nanda sudah mulai memaikan bass miliknya.
”Takut diterima gue. Ntar makin dikenal dong,” jawab Nanda narsis. ”Haha, lucu... Tapi serius gak nih, gue mau ngomong sama anak-anak kalo emang lo serius?,” tanya Nadia yang mulai serius dengan ucapannya. ”OK, gue setuju. Tapi kapan nih ditesnya?,” tanya Nanda. “Ntar gue SMS lo oke,” jawabnya. Hari tak terasa sudah hampir magrib, Nanda pun memutuskan untuk pulang dan saat di perjalanan Nanda masih tak habis pikir dengan sifat Nadia yang selama ia kenal dan kejadian yang baru dilewatinya beberapa saat. Tapi Nanda masih merasa takjub akan bentuk dan susunan kamar seorang cewek. Dari mulai cat tembok berwarna hitam, merah dan putih menjadi satu yang pertama kali membuatnya tertarik dan gak tau kenapa bisa merasa nyaman kalo udah ada dikamar itu.
Selain itu ada tulisan grafik yang bertuliskan Ir.Iyank, ditambah lagi koleksi lima bass yang harnganya selangit. Selain itu fasilitas internet, playstasion, DVD, sampai buku-buku sangat langka yang hanya ada beberapa di dunia dan biasanya buku seperti itu harganya gak main-main. Selain nyaman karena ada AC, mata seakan disuguhkan pemandangan poster lapangan Manchester United yang hampir penuh satu tembok didampingi oleh para pemainnya.
”Bener-bener cewek yang susah ditebak dan penuh kejutan dalam hidupnya. Tapi gw kok mulai penasaran ya sama dia?,” herannya. Sesampainya di sekolah mereka seperti biasa membuat keonaran. Tapi kali ini mereka kerjasama dalam onarnya itu hingga pelajaran Pak Sutardi dimulai. Dengan sangat optimisnya mereka berdua mempresentasikan tugas mereka dengan sangat sukses, dan akhirnya mereka dapat predikat kelompok tersolid. ”Nah anak-anak, kalian sudah melihat sendirikan bahwa dua orang yang selalu berbeda pendapat dan selalu berantem ini dapat dijadiakan satu kelompok dan mereka sangat kompak. Bahkan lebih kompak dari dua sahabat yang selalu bersama-sama,” jelas Pak Sutardi sambil menutup kelasnya.
”Kak Rahsya, mau ya besok! Please,” pinta Nadia. Tapi Rahsya sama sekali tidak menghiraukannya sama sekali. ”De, lo tau sendirikan kalo gue udah gak boleh latihan lagi sama Bo-nyok!” jawab Rahsya. ”Ah, kak emangnya gue gak tau kalo lo masih suka ikut latihan diem-diem dan Nanda temen satu perguruan lo. Iya kan kakakku sayang?,” tanya Nadia dengan sedikit ancaman. ”Elo itu ade yang paling bisa ngancam kakaknya. Jadi mau lo apa?,” tanya Rahsya menyerah. ”Ajarin gue cara cepat bermain komite dalam satu minggu, atau gue tinggal bilang sama bokap kalo lo sering latihan diem-diem. Gimana?,” tawar Nadia. “Oh, oke. Cuma itu... Kita mulai jadwalnya terserah kapan lo maunya. Okey,” jawab Rahsya setuju. ”Your the best brother!,” jawab Nadia sambil tersenyum puas.
Keesokan harinya Nanda di tes oleh semua para personil By-Querz dan saat itu juga Nanda langsung diterima menjadi angota By-Querz. Nanda yang makin terkenal di sekolah bersama band By-Querz. Mereka pun sempat ditawarkan kontrak oleh salah satu perusahaan labbel terkenal. Tahun berikutnya mereka lulus dengan segudang prestasi yang telah didapat dan dengan nilai yang sangat memuaskan. Para guru dengan berat hati harus meluluskan mereka karena mungkin mereka akan kehilangan murid-murid yang sudah berhasil menumbuhkan rasa percaya diri semua murid SMKN 1 untuk terus berprestasi. Jangan pernah ada rasa takut untuk terus berkarya. Juga, semenjak Nanda tahun lalu menjadi ketua OSIS, keanggotaan OSIS pun semakin membaik.(nida)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar