Kota ini penuh misteri, semua orang bisa berubah dalam
hitungan seperkian detik. Aku tau, aku belum mengenal benar kota ini. Tapi yang
aku mengerti, kota ini penuh dengan kepalsuan yang dibuat oleh penghuninya
sendiri, terkadang kita tidak boleh terlalu polos dengan keadaan yang mungkin
saja itu hanya sebuah jebakan batman.
Tahun ke dua itu tandanya aku sudah kelas dua SMA, aku tidak
ingin mendapatkan beasiswa karena status aku yang miskin dan hanya seorang anak
perantau, aku tidak ingin hanya menjadi seorang perantau yang tidak tahu arah
tujuan datang ke sini yang akhirnya malah menjadi sampah masyarakat.
Teman-temanku kini tak lagi memandang aku hanya seorang anak
yang so datang ke Ibu kota cuma berbekal nasip, tapi mereka mulai menghargai ku
karena aku anak yang sudah membuktikan bahwa aku bisa mengalahkan kalian semua
dengan kecerdasan yang dimiliki dan dengan tekat yang kuat.
Di sekolah aku mengikuti Organisasi Siswa Intra Sekolah
(Osis), dan tahun ini aku terpilih menjadi ketua Osis yang sama sekali tak ku
harapkan. Saat itu aku hanya berorasi asal tanpa di fikir, karena aku memang
tidak menginginkan hal tersebut terjadi..
“Selamat untuk Anez Fernando Cyla yang tahun ini menjadi
ketua Osis,” ujar seseorang di dalam speaker. Sontak teman-teman sekelas langsung
kasih ucapan selamat. Bagiku itu semua mimpi buruk, karena aku harus menanggung
pertanggung jawaban baik untuk di sekolah ataupun untuk untuk di akhirat.
“Jangan mau kamu menjadi seorang pemimpin, karena pemimpin
itu akan di tuntut pertanggung jawaban nya dan bukan hanya di dunia, namun di
akhirat,” ujar bapak ketika aku mulai menginjakan kaki di sekolah dasar di
desaku.
Berhari-hari aku menjalani hari sebagai ketua Osis yang
sangat menyita waktu dan fikiranku, belum lagi harus ada rapat untuk event-event
sekolah. Namun ada setitik keberkahan ketika aku menjadi ketua Osis.
Uang sekolah di gratiskan karena prestasi aku di akademik
yang meningkat, prestasi para pelajar semakin meningkat dan event-event sekolah
yang selalu mendapatkan pujian dari banyak pihak.
Kini aku sudah tak lagi pusing memikirkan uang untuk sekolah, rezeki yang di berikan oleh Alloh tak hanya itu, aku juga di berikan satu ruangan kosong di sekolah untuk aku tempati, walau tidak gratis. Aku tetap berkerja membersihkan sekolah sebelum anak-anak datang.
Uang saku yang di berikan untuk pihak sekolah juga sangat
aku syukuri, aku merasa ini salah satu hasil manis yang aku perjuangkan selama
satu tahun di Jakarta. Kini aku semakin fokus dalam melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan sekolah. Baik itu tugas aku di Osis, tugas sekolah, dan
pekerjaan yang sudah ada.
Next..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar