NEZ, itulah panggilan teman-teman keapadaku.
Kalian tidak perlu tahu siapa namaku yang sesungguhnya karena aku sendiri saja
hampir lupa akan nama lengakapku sendiri. Dan mungkin hanya seorang sahabatku yang
tahu siapa nama lengkapku.
Hidup seorang diri di Jakarta bukan lah yang sangat
mudah, beberapa kali aku hampir jatuh kedalam lubang setan yang mungkin bakal
bikin aku menyesal seumur hidup, untungnya ada Toni sahabat sekaligus guru
spiritual bagiku.
Aku menginjakkan kaki di Jakarta sejak SMA kelas
satu hingga sekarang, percaya atau tidak aku kabur dari desa ku yang sangat
terpencil di sebuah daerah jawa barat. Aku kabur ke Jakarta demi ingin
meneruskan sekolah yang lebih tinggi seperti impian ku selama ini, aku banting
tulang hingga rarut malam usai pulang sekolah.
Bukannya narsis, tapi aku anak yang cukup pintar di
kelas. Trebukti dari semua nilai ku yang bagus dan setiap ulangan aku tak
pernah di ulang. Aku tidak mencontek loh, karena itu perbuatan yang sangat
tidak terpuji. Aku belajar sehabis salat subuh walau hanya sekedar mengerjakan
tugas rumah yang di berikan oleh guru.
Mungkin aku tidak punya waktu luang yang sangat
banyak untuk belajar karena sibuk berkerja, kalo tidak bekerja aku tidak akan
mungkin bisa makan, aku juga tidak akan bisa bayar uang sekolah.
Terkadang aku sering merasakan rindu ke mamah yang
mungkin saja mencariku atau mungkin tidak, entahlah. Kini aku terus focus sama
sekolah ku. Setiap hari selalu ada aja cobaan dari teman sebaya, entah mereka
mengajak ke dunia malam yang kata mereka sih itu sangat asik. Tapi kata aku itu
sangat menghamburkan uang, sangat di maklumi. Mereka tidak mengerti apa arti
hidup itu yang sebenarnya, mereka tidak tau seberapa penting nilai uang itu
bagi aku.
Aku mungkin seseorang yang sangat beruntung karena
punya sahabat seperti Toni, dia anak orang kaya tapi di sangat baik, aku
mengenal toni waktu pertama kali menginjak kan kaki di Jakarta, Stasiun. Kayak
sinetron aja yah. Hihi..
Aku sedikit lupa sih kenapa tiba-tiba aku sangat
dekat dengan dirinya, tapi yang paling aku ingat dia terus membuktikan bahwa di
bukan orang jahat dan hanya ingin menolongku.
Toni seorang mahasiswa yang cerdas dan ganteng, dia
selalu menceramahi ku jika aku melakukan sesuatu yang buruk, entah itu kelakuan
atupun ucapan. Kata-kata Toni yang selalu aku ingat.
“Hidup di Jakarta harus rela di korbankan, kaki jadi
kepala dan kepala jadi kaki. Kamu kalo mau hidup di Jakarta jangan pernahg
putus asa dan buktikan kepada mereka kamu mampu mengalahkan orang kota,”
Kata-kata itu yang selalu memotivasi aku jika aku
sudah mulai keluar dari koridor ke agamaan, Toni selalu siap menerrangkan jika
ada pelajaran yang tidak bisa aku kuasai, dan lagi-lagi Toni berkata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar